REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Salah satu masjid yang berdiri kokoh di pulau Bali, adalah Masjid Besar Al Hidayah di kawasan Bedugul Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan. Bahkan masjid ini layak dikunjungi umat Islam yang berwisata di Bali, karena arsitektur dan landscape sekitar masjid menyajikan keindahan yang luar biasa.
Masjid yang oleh masyarakat setempat juga disebut Masjid Candi Kuning ini, berdiri di lereng bukit bukit berseberangan jalan dengan danau Beratan berikut Pura Ulun Danu yang juga termasyhur keindahannya.
Dari halaman samping masjid, jAmaah yang usai melaksanakan shalat di masjid ini, bisa menyaksikan luasnya danau, indahnya Pura Ulun Danu, ditambah dengan hawanya yang sejuk. Bangunannya berdiri tegak cemerlang di atas lahan yang cukup tinggi. Selain itu, arsitektur masjid yang unik, apik, dengan dominasi warna kuning emas membuat orang tidak akan bosan memandang keindahan masjid.
Untuk menuju masjid ini, membutuhkan waktu perjalanan dari ibukota Provinsi Bali, Denpasar, sekitar 3-4 jam. Jalurnya melalui ruas jalan menuju obyek wisata Pura Danu Ulun atau Danau Bedugul di sisi utara Kota Denpasar, karena lokasi masjid memang hanya berseberangan dengan lokasi Pura Danu Ulun.
Untuk mencapai masjid ini, wisatawan sebaiknya juga memarkir kendaraannya lokasi parkir obyek wisata Pura Danu Ulun, yang memang menyediakan lahan paskir cukup luas. Hal ini perlu dilakukan, karena lokasi di sekitar masjid tidak terdapat tempat parkir yang nyaman. Sementara ruas jalan di depan masjid yang merupakan jalan lintas Singaraja-Tabanan, cukup ramai dengan lalu lintas kendaraan.
Dari tempat parkir di Pura Danu Ulun, wisatawan bisa melihat bangunan masjid di kejauhan dengan kubah besar berwarna biru laut. Untuk itu, dari tempat parki ke masjid ini, wisatawan harus berjalan kaki sekitar 700 meter dengan menyusuri dan menyeberangi ruas jalan yang menjadi jalan utama antara Singaraja-Tabanan.
Setelah menyeberangi ruas jalan yang cukup ramai tersebut, baru melalui jalan berundak yang cukup curam dan tinggi sehingga membuat lutut terasa cukup pegal. Untuk itu, bagi wisatawan lanjut usia perlu dibimbing yang lebih muda agar bisa mencapai bangunan masjid.
Di salah satu jalan tangga tersebut, berderet toko-toko penjual souvenir. Yang membedakan toko-toko ini dengan toko-toko di obyek wisata lainnya, karena toko-toko tersebut menyediakan berbagai sovenir khas Bali yang bernuansa keislaman. Antara lain, seperti mukenah, sarung khas Bali, sejadah khas Bali, buku-buku dan berbagai souvenir lain.
Setelah beberapa menit menaiki jalan berundak, wisatawan akan tiba di pelataran masjid yang cukup luas. Dari pelataran atau halaman masjid ini, rasanya seluruh rasa penat menempuh perjalanan jauh dari Denpasar dan berjalan kaki memanjat jalan berundak menuju masjid, terasa tertebus.
Dari pelataran ini, pemandangan yang tersaji di sisi selatan terasa sangat indah. Danau Beratan dengan batas tepi seberang danau di kejauhan yang berupa bukit-bukit tinggi, terlihat samar-samar di balik kabut tipis. Sementara di sisi utara, terlihat bangunan masjid yang berdiri kokoh dengan arsitektur yang juga tidak kalah indahnya.
Bangunan masjid juga menyediakan tempat yang cukup luas sehingga bisa menampung ratusan orang untuk melaksanakan shalat berjamaah. Apalagi bangunan masjid terdiri dari dua lantai. Bagi wisatawan Muslim yang khawatir celananya tidak bersih untuk melaksanakan shalat, takmir masjid ini juga menyediakan sarung untuk melaksanakan shalat. Sedangkan bagu wisatawan Muslimah, juga bisa menggunakan mukenah yang disediakan takmir masjid.
Tempat wudhu masjid ini, berada di sisi timur bangunan masjid. Di tempat wudhu ini juga disediakan toilet yang kondisinya terawat dan bersih. Tapi sebaiknya jangan langsung menyentuh air. Rasanya dulu dengan ujung tangan, baru setelah itu berwudhu. Hal ini karena air yang mengalir dari keran wudhu terasa sangat dingin.
Menur seorang pemandu wisata, Komang, wilayah sekitar Masjid Al Hidayah atau pura Datu Ulun ini memang memang banyak terdapat kampung-kampung komunitas Muslim yang disebut kampung Candi Kuning. Data tahun 2007 menyebutkan bahwa muslim di Candi Kuning sekitar 2.000-an oarang.
''Saya tidak tahu kondisi sekarang,'' katanya.
Menurutnya, komunitasMuslim di lokasi ini berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat, karena di era masa lampau Lombok berada di bawah kekuasaan kerajaan Gelgel di Bali yang kemudian dikuasai kerajaan Karangasem sebagai salah satu pecahan dari kerajaan Gelgel.
Bahkan dia menyebutkan, di kampung ini jufa terdapat dua makam kuno yang dipercaya masyarakat setempat sebagai makam tokoh Islam di masa lalu. Di puncak pegunungan, terdapat makam Syekh Hasan dan di bagian lereng terdapat kuno Syekh Husein. ''Kedua makam tokoh Muslim tersebut, dirawat dan dihormati umat Islam saja. Tapi juga oleh umat Hindu di wilayah ini,'' jelasnya.