REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang yang berjualan di Pekan Rakyat Jakarta di Senayan mengeluhkan sepinya pengunjung yang datang ke acara tersebut. Akibatnya banyak pedagang yang mengaku khawatir menderita kerugian.
Salah satu pedagang yang mengeluhkan sepinya pengunjung adalah Suryanto (26), pedagang minuman yang menempati salah satu stand di Blok N. Akibat sulitnya menjual barang dagangannya, ia mengaku harus berpindah stand ke tempat yang lebih dekat dengan pintu masuk.
"Stand saya yang dulu sepi, jarang pengunjung yang datang. Saya pilih pindah ke depan yang banyak dilewati pengunjung, semoga saja banyak yang beli dagangan saya," ujarnya.
Suryanto mengaku, bukan hanya dirinya yang memilih memindahkan dagangannya ke lokasi yang dianggap banyak dilalui pengunjung. Menurutnya puluhan pedagang yang menempati Blok N di PRJ Senayan.
Ia mengatakan,langkah para pedagang untuk memindahkan stan ke tempat yang lebih dekat dengan pintu masuk, sudah mendapat persetujuan dari pihak panitia sejak hari kedua penyelenggaraan.
Yanto menjelaskan, sepinya pengunjung Pekan Rakyat Jakarta karena kurangnya promosi event tersebut. Selain itu, sejumlah permasalahan teknis juga ditemukan, yang membuat pelaksanaan kegiatan tersebut terkesan berantakan.
"Sekarang mah berantakan, dagangnya mau pindah kemana aja udah terserah kita," kata dia.
Mengenai untung atau rugi, ia mengaku kalau sampai penyelenggaraan di hari ke empat, ia belum mendapatkan keuntungan dan cenderung mengalami kerugian.
Padahal, Suryanto sudah mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar, sebagai biaya awal agar ia bisa berjualan di sana. Suryanto sendiri menjelaskan kalau ia sudah membayar uang sebesar tiga juta rupiah di awal untuk satu stan di Blok N PRJ Senayan.
Pedagang lain yang mengalami hal yang tidak berbeda jauh dengan Suryanto adalah Munisah (40), salah satu pedagang makanan khas Jakarta yaitu kerak telor. Hingga penyelenggaraan hari ke empat, Munisah bahkan mengaku belum bisa mengembalikan modalnya untuk membayar uang sewa berjualan, yang sudah dibayarjan di awal. Munisah sendiri harus membayar uang sekitar dua juta rupiah, sebagai biaya sewanya berjualan di PRJ Senayan.
Munisah yang biasa berjualan ditemani oleh satu anak perempuannya, juga mengeluhkan promosi serta penyelenggaraan dari pihak panitian yang dirasa kurang tertata dengan baik. Ia menceritakan kalau dibandingkan sejumlah acara serupa yang sempat ia ikuti, pemasukan yang ia terima sangat jauh berbeda karena bisa menjual kerak telor dengan harga yang sedikit lebih tinggi.
Hal tersebut semakin mengecewakan Munisah lantaran di Pesta Rakyat Jakarta Senayan tersebut, Munisah hanya menjual kerak telor dengan harga normal, yaitu 15 ribu rupiah untuk yang memakai telur ayam, dan 20 ribu rupiah untuk yang memakai telur bebek.
"Boro-boro untung mas, nutupin modal bayar sewa aja belom dapet," ujarnya.
Sementara itu, Project Manager Pesta Rakyat Jakarta, Indra Maulana, mengakui kalau pengunjung yang datang ke PRJ Senayan memang belum mencapai target. Menurutnya target pengunjung yang diperkirakan datang ke Pesta Rakyat Jakarta sendiri adalah 150 ribu pengunjung untuk setiap harinya.
Meskipun tidak bisa menghitunh secara pasti lantaran PRJ Senayan tidak memakai sistem tiketing, ia menilai kalau pengunjung yang datang memang belum mencapai target. Namun demikian, Indra membantah apabila penyelenggaraan dari pihak panitia adalah salah satu penyebab PRJ Senayan dianggap mulai berantakan.
Indra menegaskan kalau berbagai permasalahan yang muncul setiap harinya, akan dicarikan solusi dan dibenahi di hari berikutnya, termasuk soal penerangan dan promosi lewat umbul-umbul. Indra menambahkan kalau permasalahan yang datang di satu hari langsung bisa diselesaikan di hari berikutnya, dan begitu selanjutnya.
"Kita langsung membenahi masalah kemarin di hari ini, dan masalah hari ini di hari esok," jelasnya.