Ahad 07 Jun 2015 00:45 WIB

Bantuan AS Belum Berpengaruh di Ramadi

Rep: c21/ Red: Bilal Ramadhan
Tentara Irak dan kelompok syiah bersenjata di kota Ramadi, Irak.
Foto: AP
Tentara Irak dan kelompok syiah bersenjata di kota Ramadi, Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMADI -- Bantuan Amerika Serikat selama delapan bulan sangat jauh dari apa yang diharapkan. Ketika mereka kalah di dalam suatu area, mereka selalu bangkit kembali di area yang lain. Ini yang disebut dengan perkembangan strategi ISIS yang terbaru.

Selain menjadi pejuang dengan kekuatan tempur seadanya, mereka juga membangun jaringan teroris independen.Salah satu yang membuat mereka memperoleh kemenangan di Ramadi. Sementara serangan balasan untuk merebut kembali Ramadi terlihat tetap suram.

Tidak hanya tenaga kerja dan kapasitas tantangan yang berkaitan dengan Pasukan Keamanan Irak (ISF), tetapi juga tantangan politik, fraksi, dan sectarian. Hal tersebut yang membuat mereka meninggalkan Ramadi di tempat pertama, beberapa isu yang beredar belum ditangani dan dipersulit oleh penolakan pemerintah Irak untuk mempersenjatai perlawanan suku Sunni terhadap ISIS.

Kata seorang yang mengkhususkan diri dalam urusan militer dan keamanan di Washington Institute, Mike Knights, yang mengatakan kepada Wakil News, "Ramadi, Mosul seperti, telah sistematis. Jika tentara anda terus berjuang seperti itu selama 16 bulan berturut-turut, dan memberi mereka ada sinyal. Bala bantuan akan datang, maka akhirnya mereka akan mengejutkan. Ini adalah apa yang kita lihat terjadi pada minggu terakhir."

Ada juga fakta yang mengabaikan jika Ramadi, di provinsi Anbar, adalah basis dukungan utama bagi kelompok anti-pemerintah, dari milisi suku Sunni untuk ISIS dan pendahulunya. Provinsi ini telah mengalami serangan ketidakstabilan terkait dengan ISIS sejak Januari 2014, ketika Perdana Menteri Nouri al Maliki mengirim Polisi Federal ke Ramadi untuk menangkap seorang Sunni berpengaruh.

Negara Islam sekarang dalam proses konsolidasi posisi pertahanan mereka di Ramadi dan berjuang untuk kota-kota dan desa-desa sekitarnya, yang dikenal sebagai 'sabuk' oleh komunitas intelijen Irak. Sumber di Irak telah dilaporkan Wakil News bahwa Angkatan Darat Irak, bersama dengan milisi dari Populer Mobilisasi Unit (PMU), telah terlihat mendekati selatan dari kota, dengan semakin banyaknya penasihat Iran.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement