REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menyatakan sedang menargetkan pemuda di kawasan Asia Tengah untuk menjadi anggota baru mereka. Dilansir dari VOA News, Senin (15/6), para anggota baru yang bergabung dengan ISIS tersebut nantinya akan bertempur di Timur Tengah bersama kelompok militant ISIS lainnya.
Dalam memilih negara untuk perekrutan anggota baru, ISIS akan memilih negara-negara dengan ekonomi lemah, tidak demokratis, serta pemerintah yang represif.
Sementara itu, PBB sendiri memperkirakan saat ini sedikitnya 25 ribu orang dari 100 negara lebih telah bergabung dengan kelompok militan ISIS. Politisi asal New Jersey, Chris Smith mengatakan, dari kalangan pejabat pemerintah di beberapa negara juga ada yang bergabung dengan kelompok militan ISIS.
"Baru minggu lalu kita belajar bahwa kepala program kontra-terorisme Tajikistan - seseorang yang sangat terlatih oleh pemerintah Amerika Serikat- meninggalkan jabatannya untuk bergabung ISIS," jelas Smith.
Para ahli pun menyalahkan tindakan pemerintah Asia Tengah yang menyebabkan banyak warganya bergabung dengan ISIS. Para ahli mencatat korupsi di Asia Tengah sangatlah tinggi. Mereka juga mengatakan hukum tidak cukup ditegakkan di kawasan tersebut dan banyak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
Para ahli menegaskan pemerintah di Asia Tengah dan daerah lainnya harus meningkatkan perlindungan HAM. Selain itu, pemerintah juga perlu melibatkan kaum minoritas dan membuat mereka terlibat dalam pemecahan masalah.
Para ahli juga mengatakan, minimnya lapangan pekerjaan menambah ketidakpuasan publik di banyak bagian Asia Tengah. Ekstrimis menggunakan isu ini untuk memenangkan pengikutnya untuk tujuan mereka.