REPUBLIKA.CO.ID, PANDEGLANG -- Pembangunan Jembatan Kehidupan yang berlokasi di Pandeglang, Banten telah rampung 90 persen. Saat ini, pembangunan jembatan sudah dalam tahap pengecoran dan pengecatan. Pembangunan jembatan kehidupan ini merupakan donasi dari masyarakat yang dititipkan melalui Program Pembibitan Penghafal Al-Qur'an (PPPA) Daarul Quran.
Pengangkatan baja untuk jembatan ini mulai dilakukan awal Juni lalu. Ulil Hidayat, salah satu pekerja jembatan mengatakan beratnya bisa mencapai 150 Kg dan harus didorong sampai tepi jembatan agar memudahkan untuk dipasang di jembatan.
Tidak menggunakan teknologi cangggih ataupun bantuan alat berat. Melainkan, dilakukan secara manual dengan tangan-tangan manusia. Dengan bantuan alat-alat yang ada pancang-pancang itu didorong oleh tujuh orang pria dewasa. Setiap inci bagian dari jembatan itu, diolah oleh tangan-tangan manusia. Tidak seperti pembuatan jembatan pada umumnya di kota-kota besar, sehingga wajar apabila mengalami kesulitan.
Khususnya, lubang-lubang untuk mengkaitkan antara baja yang satu dengan yang lainnya. Dikarenakan tidak menggunakan alat teknologi yang canggih, pembuatan lubangnya pun dilakukan dengan manual. Jika patokannya salah maka semua lubang akan salah.
"Kemungkinan adanya kesalahan sangat besar, dibandingkan dengan menggunakan alat-alat berat lainnya. Meskipun begitu, InsyaAllah jembatan ini bisa bertahan hingga 40 tahun lebih dan jika rutin dirawat maka bisa sangat lama dan mampu menahan beban 10 ton," ujar dia.
Salah seorang warga lainnya yang membantu, Nana Supriana berharap, semua bahan material yang dibutuhkan untuk membangun jembatan dengan kuat dapat tersedia. Sehingga, keamanan dan ketahanan jembatan pun aman. Meskipun begitu, ia mengatakan, bahan-bahan yang ada sangatlah pas-pasan. Jadi, masih banyak tambahan material yang dibutuhkan, seperti pasir, semen, dan beberapa alat tambahan lainnya.