REPUBLIKA.CO.ID,ILLINOIS -- Pengalaman berhaji medio Oktober 2014 lalu membuat Kristin Szremski (53 tahun) semakin mensyukuri keberkahan dari Allah SWT setelah mengucapkan syahadat pada 21 Juli 2001 lalu.
“Awalnya saya gugup. Haji membutuhkan usaha yang ekstrem tapi hasilnya berupa kedamaian, keindahan, dan kenyamanan yang ekstrem juga,” kata Szremski pada the Huffington Post dilansir Kamis (18/6).
Warga Palo Hills, Illinois ini terlahir beragama Kristen beraliran Synod Lutheran. Kemudian, ia berpindah agama Katolik mengikuti keyakinan sang suami saat berusia 40 tahun.
Dalam ajaran Lutheran, semua nabi dan ajaran agama setelah Yesus dianggap mengajarkan hal yang salah. Sedangkan, dalam komunitas gereja Katolik, Szremski malah menemukan berbagai kesempatan berdialog untuk menemukan arti keimanan dalam diri masing-masing.
Keindahan ajaran Islam baru ia temukan ketika ia menjadi seorang jurnalis media lokal, Chicago, the Star Newspapers pada tahun 2000. Ia kerap mewawancarai komunitas masyarakat Arab setempat.
Selama enam pekan, Szremski melakukan riset pribadi dengan mewawancarai komunitas Muslim di Chicago. Ia sungguh terkejut menemukan bahwa Alquran menyebutkan peristiwa sejarah yang sama seperti di Injil.
“Yang memberikan dampak besar buat saya untuk menjadi muslimah karena gereja Lutheran sangat percaya Injil. Sedangkan gereja Katolik menggugah agar kita mencari pengetahuan, bertanya, dan mencari sejarah agama. Disitulah saya bisa menemukan Alquran satu-satunya yang menyampaikan firman Allah SWT sesungguhnya,” tegas Szremski.
Proses tersebut yang membuatnya kian hari semakin bersemangat mencari arti agama Islam. Salah satu caranya dengan berangkat haji ke Tanah Suci.
Meski menyadari keterbatasan fisiknya karena bekas operasi di leher dan tulang belakang akibat arthritis, Szremski tetap yakin, Allah SWT akan menguatkan. Belum lagi kondisi kakinya yang gampang lelah, kurang tidur, dan kondisi ekstrem lainnya.
“Tiga juta orang berkumpul dalam satu tempat dengan satu keyakinan bertemu Allah SWT, itu suatu pengalaman yang sangat indah,” katanya.
Menatap Kakbah dengan latar belakang cahaya keemasan matahari menjadi momen yang sangat dikenangnya. Begitu pula saat imam memimpin shalat berjamaah dan jamaah berdoa bersama. Szresmki pun larut dalam keharuan.
“Yang paling aku cari saat berhaji adalah menemukan hubungan yang sangat intim dengan Allah SWT. Kini, saya telah membuktikan bawa hanya Allah SWT yang saya butuhkan dalam hidup. Saya berdoa di depan Kakbah, agar perasaan tersebut abadi,” jelas Szresmki.