Sabtu 20 Jun 2015 06:00 WIB

'Indonesia Teratas dalam Perburuan Hiu'

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pembeli mengamati ikan hiu yang dijual di tempat pelelangan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Antara
Pembeli mengamati ikan hiu yang dijual di tempat pelelangan ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG--Eksploitasi produk berbasis ikan hiu terus mengancam kelestarian satwa laut ini. Tak terkeceuali dengan berbagai spesies hiu yang habitatnya ada di perairan Indonesia.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyebutkan setidaknya 1.145.087 ton produk hiu diperdagangkan secara global setiap tahunnya. Padahal hiu termasuk sebagai spesies yang lambat reproduksinya.

“Melonjaknya permintaan sirip hiu dan produk-produk lainnya memicu terjadi penangkapan besar-besaran satwa tersebut,” ungkap Campaign Director Save Sharks Indonesia, Riyanni Djangkaru, di Semarang, Jumat (19/6).

Riyanni mengatakan, pada 2012, Indonesia menjadi negara peringkat teratas dari 20 negara penangkap hiu terbesar di dunia. Salah satu pemicunya, belum ada regulasi yang mengatur terkait penangkapan hiu.

Kondisi itu diperparah dengan makin maraknya penjualan ‘bayi’ hiu di supermarket- supermarket. Padahal, hiu merupakan predator teratas dalam mengontrol populasi hewan laut dalam rantai makanan.

Dengan adanya pembantaian hiu dewasa untuk diambil siripnya dan penangkapan bayi hiu, maka populasi spesies yang mendapat julukan ‘dokter laut’ tersebut semakin terancam.

Oleh karena itu, Save Sharks Indonesia ingin mengedukasi warga, sekaligus pemerintah sebagai pembuat regulasi dan nelayan sebagai penyedia produk makanan laut ini. “Termasuk juga, kalangan konsumen juga menjadi sasaran kami karena selama ini hal tersebut menjadi sektor yang luput dari perhatian,” tambah Riyanni dalam sarasehan ‘Semarang Sayang Hiu’ ini.

Tanpa edukasi seperti ini, menurutnya, masyarakat tidak akan menjadi konsumen yang bijak dalam memilih produk laut. Save Sharks berharap dengan sarasehan ini, masyarakat Kota Lumpia tidak menjadikan hiu sebagai pilihan konsumsi.

Setelah di Semarang, Save Sharks Indonesia akan kembali menyelenggarakan kampanye serupa di Jakarta, Bandung, dan Purwokerto. “Sebelumnya sepanjang 2014, Save Sharks Indonesia juga telah berkampanye di sejumlah kota di Jawa, Sulawesi, Bali dan Papua,” tegasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement