Ahad 21 Jun 2015 15:05 WIB

Khusyuk, Parameter Ibadah kepada Allah SWT

Rep: c 93/ Red: Indah Wulandari
Jamaah menunaikan ibadah shalat di masjid Institut Socioculturel des Musulmans (Muslim Sociocultural Institute) di kota Paris. (EPA/Etienne Laurent)
Jamaah menunaikan ibadah shalat di masjid Institut Socioculturel des Musulmans (Muslim Sociocultural Institute) di kota Paris. (EPA/Etienne Laurent)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Khusyuk menjadi parameter umat Islam dalam menjalankan ibadahnya.

“Ada yang dapat penuh, ada yang dapat 90 bagian, ada yang dapat 10 bagian dan ada yang tidak dapat apa-apa. Ini semua tergantung khusyuk yang mereka lalukan dalam ibadah mereka dan Allah hanya memberikan pahala bagi ibadah yang khusyuk itu,” kata  Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (Wasekjen MUI) Tengku Zulkarnain, Ahad (21/6).

Ia  mengatakan, asal kata khusyu itu adalah khasyaa yang artinya tunduk dan patuh. Sementara, jika diartikan lebih luas, khusyuk itu berarti konsentrasi semata karena Allah dan hanya kepada Allah.

Sementara itu, lanjut Tengku, orang yang menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan khusyuk adalah orang yang mampu menghadirkan Allah di dalam hatinya. Puasa yang dijalaninya pun disempurnakan menurut kehendak Allah dan aturan Allah.

 

“Nabi Muhammad SAW pernah bilang, betapa banyak orang yang berpuasa tetapi hanya mendapatkan lapar dan haus saja. Karena, puasanya hanya dhohiriyah saja (tidak makan dan minum) tetapi semua larangan Allah masih dilakukannya. Puasa seperti Ini tidak ada kekhusyukan sama sekali,” ujar dia.

 

Tengku berpendapat, sifat khusyuk dalam diri manusia hanya bisa ditumbuhkan dengan latihan dan bersungguh-sungguh. Latihan yang dijalankan pun tidaklah mudah. Sebab, harus sekuat tenaga menjalankan ibadah dengan memenuhi aturan-aturan Allah selain syarat dan rukun dari ibadah itu.

 

“Juga mesti ada sikap mematuhi seluruh aspek di luar syarat dan rukun yang menjiwai setiap amalan sebagai ruh dari amalan itu,” tambah dia.

 

Lebih jauh Tengku memaparkan, agar dapat khusyuk dalam setiap beribadah, maka harus bisa menghadirkan keagungan Allah. Sebab, secara istilah, khusyu itu adalah istihdhorul khouf lillahi ta'ala" atau  menghadirkan rasa takut karena Allah SWT.

 

“Jadi setiap orang apakah dia buruh, guru, PNS, sopir, pedagang, pejabat, anggota DPR, politikus bahkan ulama, jika mampu menghadirkan rasa takut terhadap Allah dalam hatinya, maka pekerjaan mereka akan dilakukannya dengan benar dan baik serta memberikan banyak manfaat bagi manusia,” ucap Tengku.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement