REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Kepolisian Metro Kota Tangerang terus mengejar pengedar Narkoba jaringan Nigeria. Polisi tinggal menangkap seseorang yang bekerja sebagai operasional dan pelaku utama dari jaringan tersebut.
"Sedikit banyak kita sudah ketahui tentang jaringan tersebut," terang Kapolrestro Kota Tangerang Kombes Agus Pranoto melalui Kasat Narkoba Polrestro Tangerang, AKBP Juang Andi Prianto, Rabu (25/6) di Tangerang.
Meski demikian Juang mengaku sulit untuk membongkar jaringan asal negara bekulit gelap tersebut. Akunya, jaringan tersebut kini semakin rapih dalam beroperasi.
Jelasnya, mereka kerap datang ke Indonesia sebagai pedagang ataupun berkedok plajar. Bahkan, aku Juang, ada yang sampai mendapat gelar Doktor di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia.
"Dia paham hukum disni dan itu yang membuat kami sulit untuk menangkapnya selain karena kurang barang bukti," aku Juang.
Selain itu, terang Juang, kebanyakan dari bandar ataupun pengedar narkoba jaringan Nigeria itu kerap menggunakan warga negara Indonesia untuk melancarkan aksi mereka.
"Alasannya beragam, tapi kebanyakan faktor ekonomi," terang Juang.
Juang mengatakan wanita asal Indonesia tersebut kerap beroperasi sebagai kurir dan pengedar. Katanya, mereka juga berasal dari beragam kalangan.
Memanfaatkan faktor ekonomi tersebut, kata Juang, WN Nigeria kerap menyasar janda, TKW hingga ibu-ibu rumah tangga. Modusnya beragam, ada yang mulai dari meacari, hingga memberikan upah kepada janda, TKW atau ibu rumah tangga.
"Sampe pacaran itu juga ekonomi. masa ama orang item aja mau kalo gak karena duit apa lagi?" terangnya sambil tertawa.
Juang mengatakan saat ini kepolisian telah menangkap tujuh pengedar narkoba jaringan Nigeria yang beroperasi di Tangerang. Dari ketujuh tersangka tersebut polisi berhasil mengamankan 4 Kg barang bukti narkoba jenis sabu.
Dari tujuh pengedar tersebut, Juang juga sudah mengamankan 14 wanita yang ditangkap lantaran menjual narkoba. Salah satu janda yang baru saja tertangkap mengaku alasan keuangan menyebabkan dia mulai mengedarkan barang haram tersebut.
Berdasarkan keteragan janda yang tengah menjalani pemeriksaan di Polrestro Tangerang, dia menjadi pengedar lataran membutuhkan uang untuk memberi nafkah keluarga. Janda tersebut diambil keteranganya ditemani Ayah dan kakanya.
"Ini baru yang beroperasi di Tangerang. Mereka banyak dan tersebar," terang Juang.
Sayangnya, Juang tak bisa membeberkan jumlah narkoba yang masuk ke Indonesia dan berasal dari jaringan Nigeria yang telah masuk ke tanah air dalam dua tahun belakangan.
Saat didesak, Juang benar-benar tak mengetahui jumlah narkotika yang masuk dalam waktu semingu, sebulan atau bahkan setahun. Alasanya, terang Juang, perdagangan narkoba tak pernah seperti hukum ekonomi yang memiliki angka pasti.
"Kalau memang ingin tahu kita harus tanya sama bandar besarnya," terang Juang.
Penyelundupan narkoba ke Indonesia seakan tak pernah berhenti. Terkait hal tersebut, Juang juga tak bisa menjawab dengan pasti.
Katanya, suplai barang yang masuk ke tanah air bisa jadi dibuat di Indonesia dengan bahan-bahan yang berasal dari ibu pertiwi pula. Atau, jelas Juang, bisa jadi memang berasal dari luar negeri.
"Modusnya beragam. Ada yang diselundupakn dalam tas, melalui paket pengiriman dan disimpan dalam perut juga ada," terang Juang.
"Bahkan yang disimpan dalam perut itu modus yang cukup sering digunakan," tambahnya.
Terakhir, jaringan Nigeria yang ditangkap setelah menyelundupkan narkoba melalui perut adalah Okeke Austin Chukwuma. Nasib kurir asal Nigeria itu berakhir tragis.
Diduga panik, Austin ditemukan tewas di kawasan Bandara Soekarno-Hatta dengan perut terkoyak. Dalam perut pria 25 tahun itu ditemukan delapan kapsul narkoba.
Dari dalam hotel tempatnya menginap ditemukan tiga kapsul lainnya. Setelah dilakukan pembedahan terhadap tubuh Austin ditemukan sekitar 36 kapsul lainnya.
Bermula dari kasus Austin polisi berhasil mengembangkan dan menangkap rekan Austin, Patrick Uzoebgu. Pria yang juga berasal dari jaringan Nigeria ini ditangkap di daeran Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dari tangannya, polis berhasil mengamankan 3 gram narkoba jenis sabu serta ganja siap edar seberat 14,84 gram. Patrick ditangkap saat tengah melakukan transaksi.
Juang menegaskan, saat ini kepolisian saat ini terus mengembangkan penyelidikan kasus narkoba melalui jaringam Nigeria. Katanya, kepolisian akan meminta izin ke kedutaan besar Nigeria untuk membongkar kasus itu hingga akar.
"Saat ini kami juga sedang mengejar tiga tersangka lain dari jaringan yang sama dan masih buron," kata Juang menegaskan.