Jumat 26 Jun 2015 20:44 WIB

Pemuda Muslim di Australia Ceritakan Pengalaman Ramadhan

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Meski Ramadhan tahun ini di Australia lebih pendek waktunya karena bertepatan musim dingin, namun ada tantangan tersendiri bagi umat Islam dalam menjalankan puasanya. 

Lamanya berpuasa di Australia lebih pendek dibandingkan negara-negara lain di dunia, karena Australia sedang mengalami musim dingin.

Muslim di Australia yang menjalankan ibadah puasa memulai sahur pada pukul 6.00 pagi dan bisa berbuka puasa setelah pukul 5.00 sore. Bagi kebanyakan Muslim, siang yang pendek membuat puasa di musim dingin menjadi lebih mudah.

Tetapi umat Muslim memiliki tantangan tersendiri untuk tetap beraktivitas seperti biasanya, di negara dimana umat Muslim termasuk minoritas.

Australia Plus berkesempatan bertanya kepada sejumlah pemuda Muslim soal pengalaman mereka beribadah di bulan Ramadhan.

 

Andy Chan

Andy memeluk Islam sekitar delapan tahun. Baginya berpuasa berarti mensyukuri atas semua yang ia telah dapatkan dalam hidupnya.

Ia mengaku tentu saja lapar saat berpuasa, tetapi kuncinya adalah dengan memperhatikan makanan yang dikonsumsinya

"Konsumsi makanan yang sehat saat sahur, sehingga bisa bertahan seharian," ujarnya baru-baru ini.

Andy mengatakan Ramadan bukan hanya menahan lapar. Tapi lebih kepada latihan mengendalikan diri.

"Bagian dari berpuasa adalah mengingat, banyak merefleksikan dan mengembangkan diri, dan ingat bahwa kita melakukannya semata untuk Tuhan. Kita juga seharusnya mengendalikan emosi, ini adalah hal terbesar dalam berpuasa."

 

Ailia Rizvi

Ailia Rizvi. Foto: Erwin Renaldi

Ailia Rizvi. Foto: Erwin Renaldi

 

"Lapar saat berpuasa adalah hal yang alamiah," ujar Ailia. "Pada akhirnya, saya merasakan kesulitan bagi mereka yang kelaparan dan saya lebih bisa mengendalikan amarah saya."

Ailia mengaku menjadi kaum minoritas di Australia bisa cukup menantang.

"Orang-orang akan bertanya kepada saya, saat saya berpuasa atau memakai kerudung."

Tapi Ailia mengatakan ia terbuka dengan apa yang telah menjadi pilihannya dan terbuka untuk menjelaskannya.

"Australia adalah negara yang multukultur, jadi tidak terlalu sulit untuk menjelaskan apa yang saya lakukan."

 

Zehra Kazmi

 Zehra yang berasal dari Pakistan, mengatakan berpuasa di musim dingin lebih mudah, karena cuaca yang lebih dingin dan waktu siang yang pendek.

Tetapi sebagai seorang pelajar, hal yang sulit adalah saat melihat teman-teman di sekolahnya sedang beristirahat dan makan.

"Saat sedang ke sekolah dan teman-teman saya makan, saya berpura-pura tidak lapar, padahal saya lapar juga," ujarnya.

"Ini mungkin hal yang paling tersulit saat ini."

Zehra juga mengaku perlu menjelaskan soal puasa kepada teman-temannya di sekolah. Teman-temannya cukup terbuka dan mengerti soal beragama.

 

Syed Aoun Abbas Rizvi

Sebagai mahasiswa kedokteran di University of Melbourne, Syed memahami pentingnya menjaga kesehatan selama bulan Ramadan.

"Konsumsi makanan dan minuman yang cukup sebelum berpuasa," ujar Syed. "Saya sendiri mencegah terlalu banyak aktivitas fisik di saat siang hari, tapi bisa melakukannya setelah berbuka puasa."

Syed sendiri merasa menjadi individu yang lebih baik karena Ramadan.

"Suasana hati lebih senang di Ramadan dan bisa lebih berkonsentrasi saat bekerja atau belajar dalam keadaan berpuasa."

"Saya bisa menjalankan kewajiban Islam saya dengan mudah dan lancar di Australia dan negara barat lainnya. Menurut saya tidaklah sulit, karena kita berada di negara yang bebas."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement