REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Islam di Indonesia cenderung lebih mempercayai lembaga pengelola zakat swasta dibanding Baznas.
Demikian terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Komisi VIII dengan Panitia Seleksi (Pansel) calon anggota Baznas periode 2015-2019 seperti disampaikan dipimpin Wakil Ketua Komisi VIII Deding Ishak di Jakarta, Jumat. Pansel dipimpin oleh ketuanya Prof Abdul Djamil.
Dalam RDP itu muncul kritikan dari sejumlah anggota Komisi VIII bahwa masyarakat muslim di Indonesia cenderung lebih mempercayai lembaga pengelola zakat swasta seperti Rumah Yatim dibanding Baznas.
Hal ini menyebabkan dana zakat yang dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) jumlahnya masih rendah. Kenyataan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi calon anggota Baznas karena lembaganya memiliki kepercayaan yang rendah dari masyarakat.
Hal ini mengakibatkan dana zakat yang dihimpun Baznas hanya sekitar 16 persen dari potensi zakat yang diperkirakan mencapai Rp123 triliun. Deding juga mengakui hal itu. "Selama ini masyarakat lebih mempercayai lembaga pengelola swasta dibanding Baznas," katanya.
Hal ini, kata anggota Komisi VIII dari Nasdem Choirul Muna, tentunya menyedihkan sebab lembaga pengelola zakat yang dibentuk pemerintah kurang dipercaya oleh masyarakat. Hal yang sama dipertanyakan oleh Saleh Partaonan Daulay.
Menanggapi hal ini, Abdul Djamil juga tidak mengelak. Dia mengakui bahwa kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah masih rendah. Namun dia berharap dengan diajukan delapan calon anggota Baznas yang baru, kepercayaan masyarakat akan