REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, meninjau situasi Gunung Colo, Sabtu, guna memantau perkembangan terakhir gunung yang sudah naik status menjadi waspada itu.
Pemeriksaan itu juga melibatkan Bupati Tojo Una-Una Damsik Lajalani dan sejumlah pejabat terkait. Gunung Colo berada di Pulau Una-Una yang bisa dijangkau menggunakan kapal cepat dengan waktu sekitar 2,5 jam dari Ampana, ibu kota Kabupaten Tojo Una-Una.
Pemeriksaan itu juga bertujuan agar pemerintah daerah bisa mengantisipasi apabila gunung tersebut meletus.
Kepala BPBD Kabupaten Tojo Una-Una Hamdiah mengatakan secara fisik Gunung Colo tidak mengalami perubahan berarti sehingga tidak meresahkan masyarakat.
Dia mengatakan masyarakat Desa Wakai yang berada di sekitar Gunung Colo tetap beraktivitas seperti biasa, ada yang bertani, berkebun atau menjadi nelayan. Namun Hamdiah mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada mengingat gempa vulkanik masih kerap terjadi.
Gunung Colo setinggi 508 meter di atas permukaan laut ini berubah status dari normal menjadi waspada pada Rabu (23/6) karena aktivitas gempa yang meningkat.
Selama ini aktivitas Gunung Colo selalu dipantau secara visual dan dengan alat secara berkelanjutan dari pos pengamatan yang berada di Desa Wakai.
Aktivitas pengamatan vulkanik merekam adanya gempa-gempa yang terjadi baik itu yang dangkal maupun dalam. Hasil pengamatan menunjukkan selama 1-7 Juni 2015 terekam sebanyak 16 gempa vulkanik dangkal, 15 gempa vulkanik dalam, tujuh gempa tektonik lokal, dan 18 kali gempa tektonik jauh.
Sementara pada 23 Juni 2015 terjadi sembilan gempa vulkanik dalam, 11 gempa vulkanik dangkal, empat gempa tektonik lokal dan sekali gempa tektonik jauh.
Gunung Colo pernah meletus pada 8 Juli 1983 dan mengeluarkan abu panas sehingga banyak warga mengungsi. Bahkan abu dapat dirasakan hingga ke Kalimantan dan Kota Palu. Sebelum meletus terdapat gempa bumi hingga 40 kali.