REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa, Prof Sri Edi Swasono berpendapat, kedaulatan dan kemandirian bangsa Indonesia dibiarkan digerogoti kekuatan global. Pembiaran ini mencemaskan dan dapat mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kita lengah dan mengabaikan pesan konstitusi dengan memelihara paham neolibaralisme yang bertentangan dengan ideologi negara," kata Sri Edi dalam peringatan Hari Lahir Tamansiswa ke-93 di Pendopo Tamansiswa, Jumat (3/7) sore. Peringatan ditandai pemotongan tumpeng dan dilanjutkan buka bersama.
Dijelaskan Sri Edi, dalam peringatan hari ulang tahun Tamansiswa perlu mengingatkan kepada Presiden dan Wakil Presiden tentang penggerogotan kedaulatan dan kemandirian bangsa. Sebab imperalisme Barat dan Utara telah muncul sebagai ancaman nyata.
Kemerdekaan, kata Edi, merupakan dasar perjuangan tamansiswa yaitu dari sisi politik nasional anti penjajahan dan pendidikan untuk membangun anak negeri yang tangguh. "Isi kemerdekaan adalah keberdaulatan dan kemandirian," kata Edi.
Selain itu, kata Edi, pihaknya telah mengeluarkan diktum pendidikan nasional. Yaitu tujuan pendidikan nasional terwujud sebanyak-banyaknya anak-anak bersekolah, bukan sebanyak-banyaknya mendirikan sekolah.
"Diabaikan diktum ini telah mengakibatkan malapetaka bagi sekolah swasta. Banyak orang tua menyekolahkan anaknya ke sekolah negeri. Kondisi ini membuat sekolah swasta tersingkir, bahkan tidak sedikit yang tak bisa melanjutkan misi pendidikannya," ucap Edi.