REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Rencana Rumah Yatim Arrohman meraih sertifikat lembaga amil zakat (LAZ) tampaknya tidak akan lama lagi. Akhir pekan lalu, Ketua Umum Baznas KH Didin Hafidhuddin memberikan pembekalan kepada seluruh pengurus Rumah Yatim Arrohman terkait pengelolaan dana zakat infaq dan shadaqah (ZIS) di Hotel Panghegar, Kota Bandung.
Menurut Didin, Rumah Yatim merupakan salah satu intitusi yang berpengalaman dalam mengelola donasi dari umat. Untuk itu, tutur dia, wajar jika Rumah Yatim bercita-cita menyertifikasi LAZ pada lembaganya.
Namun, ungkap dia, untuk mendatkan sertifikat LAZ dibutuhkan sejumlah syarat yang dibutuhkan oleh lembaga nirlaba. ‘’Jumlah donasi yang dihimpun dan program kerja akan menjadi salah satu kriteria lulus dan tidaknya menjadi LAZ,’’ ujar Didin kepada //Republika//, Sabtu (4/7).
Didin menjelaskan, yang dibutuhkan saat ini yakni program penyaluran dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Menurut dia, lembaga pengelola ZIS harus menyiapkan program professional yang produktif. Kata dia, yang harus menjadi prioritas yaitu program yang produktif.
‘’Penyalurannya, tidak cukup yang bersifat konsumtif, tapi harus produktif juga,’’ tambahnya. Dengan cara demikian, tambah dia, maka program tersebut akan berhasil mengeliminasi jumlah dhuafa. Dari tahun ke tahun, tegas dia, penerima ZIS harus berkurang.
Kepada pengurus Rumah Yatim, Didin meminta RY untuk lebih proaktif dalam menjalin kerja sama dengan lembaga nirlaba lainnya. Sinergitas di antara lembaga nirlaba, tambah dia, akan mempercepat proses pengentasan kemiskinan.
Paling tidak, papar dia, dana amanah yang dikelola oleh lembaga nirlaba tidak akan tumpang tindih penyalurannya. ‘’Tepat guna dan tepat sasaran,’’ tuturnya.
Wakil Direktur Rumah Yatim Lili H Abdurrahman mengatakan, sudah saatnya Rumah Yatim melengkapi lembaganya dengan sertifikasi LAZ. Kata dia, sejumlah program yang digulirkan Rumah Yatim sudah terbukti manfaatnya bagi umat.
Salah satu yang digulirkan Rumah Yatim, ungkap dia, yakni target pendirian 18 sekolah jenjang SD, SMP hingga SMA paling lambat pada 2016. Pendirian sekolah itu ditujukan untuk mengeliminasi kasus putus jenjang pendidikan yang selama ini kerap mengancam anak yatim dan dhuafa.
Saat ini, Rumah Yatim telah memiliki lima sekolah. Kelima sekolah itu di antaranya terletak di Jalan Raya Cibodas, Kecamatan Antapani, Kota Bandung bernama El Fitra. Sekolah itu berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi. Hingga tahun ini, El Fitra telah meluluskan tiga angkatan pada jenjang pendidikan SMP.
Rumah Yatim Arrohman pun tengah menyiapkan bangunan SD, SMP, dan SMA di Cisaranten (Kota Bandung) dan Banjaran (Kabupaten Bandung). Dari sekolah itu, sedikitnya 323 siswa yatim dan dhuafa dididik menjadi generasi yang profesional dan berkarakter.
Seluruh biaya pembebasan lahan dan pembangunan sekolah berasal dari uluran tangan para donatur. ‘’Tidak sekadar mencegah putus sekolah, kami akan siapkan mereka menjadi lulusan berkualitas,’’ ujar Abdurrahman kepada //Republika//, belum lama ini.
Pada sekolah Rumah Yatim, pihaknya memberlakukan metode //multiple intelegence// dengan aplikasi sains. Melalui metode itu, para guru akan lebih aktif memberikan pelajaran kepada siswanya. Kata Abdurrahman, siswa akan diajak berpraktik dan mengenal lingkungan secara langsung.
Kata Abdurrahman, pendidikan merupakan salah satu instrumen pemutus segala persoalan sosial. ‘’Oleh pendidikan, maka rantai persoalan sosial akan bisa diputus,’’ tuturnya.