REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan krisis ekonomi di Yunani tak terlalu berdampak pada perekonomian di Indonesia. Menurutnya, melemahnya kondisi perekonomian di tanah air saat ini sudah terjadi sebelum Yunani dinyatakan bangkrut.
"Tidak banyak dampaknya. Dampak totalnya pasti ada, tapi tidak banyak," kata JK di kantor Wapres, Jakarta, Selasa (7/7).
Sebelumnya, Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs juga menyatakan tak khawatir terkait dampak krisis Yunani terhadap perekonomian domestik. Menurutnya, hal tersebut sudah diantisipasi oleh banyak pihak sebelumnya.
"Kami melihat kondisi di Yunani bukan hal yang baru. Kita harapkan pengaruhnya tidak terlalu besar (terhadap Indonesia)," kata Peter, Senin (6/7).
Seperti diketahui, Yunani sudah memastikan tidak dapat membayar utang senilai 1,54 miliar euro atau sekitar Rp 22 triliun kepada International Monetary Fund (IMF) yang jatuh tempo pada hari tersebut. Peter menuturkan, Indonesia juga relatif sedikit dalam menjalin kerja sama perdagangan dengan Yunani sehingga diperkirakan tidak akan banyak berpengaruh terhadap perekonomian di Tanah Air.
Namun terkait pasar keuangan, pihaknya masih terus melihat bagaimana para investor melihat krisis tersebut dalam konteks volatilitas dalam dolar AS. Peter menambahkan, BI tidak akan ragu untuk turun ke pasar apabila ada volatilitas yang di luar kewajaran dan melakukan intervensi secara terukur.