REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi IV Semarang meluncurkan Kereta Api (KA) Kaligung yang telah direvitalisasi dengan interior gerbong makan bernuansa budaya Jawa.
"Ini sebenarnya KA reguler biasa. Hanya saja, kami ubah interior di kereta makan (KM) supaya lebih bernuansa Jawa," kata Kepala PT KAI Daops IV Semarang Sucipto Susilo Hadi di Semarang, Kamis (9/7).
Hal tersebut diungkapkannya di sela peluncuran KA Kaligung di Stasiun Poncol Semarang, dengan relasi Semarang-Tegal pulang pergi (PP) dengan nomor perjalanan 433 yang telah direvitalisasi.
Menurut dia, revitalisasi KA Kaligung dengan interior gerbong makan bernuansa Jawa itu dimaksudkan sebagai langkah untuk meningkatkan animo masyarakat dalam menggunakan layanan jasa KA.
"Karena ini rangkaian relasi Semarang-Tegal PP, komunitas yang menggunakannya rata-rata kan masyarakat Jawa. Makanya, kami 'sulap' interiornya untuk meningkatkan animo masyarakat," katanya.
Apalagi saat masa angkutan Lebaran, kata dia, beban jalan raya dengan adanya arus mudik dari arah Barat sangat tinggi sehingga akan semakin "crowded" jika masih ditambahi kendaraan pribadi.
"Harapan kami, masyarakat yang akan bepergian dengan relasi Semarang-Tegal bisa menggunakan KA ini (Kaligung, red.). Kalau masyarakat masih menggunakan mobil kan tambah 'crowded'," katanya.
Namun, kata dia, peluncuran KA Kaligung yang telah direvitalisasi ini bukan hanya untuk masa angkutan Lebaran, melainkan akan berjalan seterusnya sebagai langkah peningkatan kenyamanan penumpang.
Selama ini, ia menyebutkan okupansi atau tingkat keterisian KA Kaligung relasi Semarang-Tegal PP itu relatif tinggi, yakni antara 60-80 persen dari total kapasitas sekitar 650 penumpang.
"Jadi, ini langkah kami untuk meningkatkan kenyamanan agar penumpang KA ekonomi tidak merasa termarginalkan. Baik KA eksekutif, bisnis, dan ekonomi diberikan pelayanan yang sama," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Humas PT KAI Daops IV Semarang Suprapto menambahkan revitalisasi KA Kaligung dilakukan dalam beberapa langkah, yakni interior gerbong makan disulap dengan nuansa budaya Jawa.
"Ada lapisan kayu dengan pahatan ukiran khas Jepara, lukisan kaca khas Tegal, dan tirai jendela dari batik khas Pekalongan. Limbah kayu bantalan rel juga diaplikasi pada gerbong makan," katanya.
Selain itu, kata Suprapto, penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan dengan mencontoh interior kereta di Jepang, serta penambahan fasilitas televisi yang selama ini hanya ada di KA eksekutif.