REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah mendengar penjelasan Presiden Joko Widodo dalam acara Silahturami dengan Dunia Usaha bertema 'Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi' di JCC, Jakarta, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengaku ada harapan terhadap pertumbuhan ekonomi. Meskipun harapannya tak seperti semula.
"Pandangan kami pertumbuhan ekonomi akan berada antara lima sampai 5,2 persen. Kita harapkan tidak di bawah lima persen," ujar Ketua Apindo Hariyadi Sukamdani.
Hal itu dikarenakan melambatnya belanja negara. Pemerintah bahkan telah merevisi pertumbuhan ekonominya dari 5,7 persen menjadi 5,2 persen.
Dalam acara yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) tersebut, Jokowi pun mengatakan, belanja pemerintah akan efektif mulai Januari 2016. Maka, Hariyadi juga optimis pertumbuhan tahun depan bisa lebih baik.
"Peningkatan bisa sampai ke 5,7 persen, tapi memang harus kerja keras, lalu subtitusi impornya juga dijalankan," tutur Hariyadi. Menurutnya, semua impor perlu dikurangi agar dapat memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Jokowi juga menyebutkan tengah mengurangi impor. "Teorinya begitu, tapi eksekusinya harus serius jangan cuma di kertas paparan saja," tegas Hariyadi.
Ia menegaskan, seluruh impor, termasuk pangan, manufaktur, dan lainnya harus dikurangi. Bagaimana pun caranya yang memungkinkan.