Jumat 10 Jul 2015 17:40 WIB

Ada 82 Calon Ketua Umum PP Muhammadiyah

Rep: Heri Purwata/ Red: Agung Sasongko
Pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta.
Foto: Republika
Pembukaan Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 82 kader bersedia dicalonkan sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamar 47 di Makassar. Mereka telah melalui seleksi berdasarkan peraturan di PP Muhammadiyah.

Dahlan Rais, Ketua Panitia Pemilihan Ketua PP Muhammadiyah mengemukakan hal itu kepada wartawan pada Media Gathering di Kantor PP Muhammadiyah Jl Cik Di Tiro  Yogyakarta, Jumat (10/7). Nama-nama calon ketua ini akan dibawa ke Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar, 3-7 Agustus 2015 mendatang.

Dijelaskan Dahlan Rais, pemilihan ketua di PP Muhammadiyah unik atau spesifik dan berbeda dengan organisasi lain. Keunikannya, calon ketua harus dicalonkan dan bukan mencalonkan diri. "Seorang bisa menjadi bakal calon harus mendapatkan dukungan minimal tiga orang," kata Dahlan Rais.

Dalam sidang Tanwir yang diikuti 204 anggota ada 200 nama bakal calon yang diusulkan. Peserta Sidang Tanwir berasal dari PP, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah(PWM), Perwakilan Daerah, dan organisasi otonom.

Setelah diteliti, kata Dablan, dari 200 bakal calon hanya 108 orang yang memenuhi syarat. "Panitia telah mengirim surat kesanggupan terhadap 108 bakal calon. Namun hanya 96 calon yang mengembalikan surat kesanggupan," kata Dahlan.

Setelah diteliti, kata Dahlan, surat kesanggupan ada 82 memenuhi syarat dan sanggup dicalonkan, 13 tidak bersedia, 12 tak mengembalikan surat kesanggupan, dan seorang meninggal dunia.  Berdasarkan usia,  mereka terbagi 40-50 tahun sebanyak 16 persen, 50-60 tahun ada 45 persen, sedang di atas 60 tahun ada 39 persen.

Dari segi pendidikan, Strata Satu (S1) ada 13 persen, S2 ada 31 persen dan S3 ada 56 persen. Sedang dari sisi pekerjaan pendidik sebanyak 72 persen dan sisanya berprofesi bukan pendidik. "Dari jenis kelamin, 95 laki-laki dan lima persen perempuan," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement