REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Militan ISIS menyerang pasukan keamanan Irak, pada hari Jumat, dekat dua kota utama provinsi barat Anbar, di mana pemerintah berencana melakukan perlawanan terhadap gerilyawan garis keras Sunni.
Mereka mengatakan kalau para militan menyerang dua lini di dekat Khaldiya. Kota Sungai Efrat terletak di sebelah pangkalan militer antara ibukota provinsi Ramadi, yang disita oleh ISIS pada bulan Mei lalu, serta benteng lama mereka Falluja.
Pasukan milisi Syiah, yang memimpin serangan balik terhadap ISIS di Anbar dan pasukan keamanan Irak, telah mencoba untuk mengelilingi Falluja sebagai tahap pertama, dari kampanye militer untuk merebut kembali dua kota tersebut.
Beberapa pertempuran terberat terjadi di dekat desa Husaybah Sharqiya, Mudiq dan Sidiqiya, yang berjalan di sepanjang tepi selatan sungai barat dari Khaldiya.
Foto yang diunggah oleh pendukung ISIS dan mengaku diambil dari pertempuran di sekitar Khaldiya, menunjukkan beberapa mayat berlumuran darah, serta Humvee lapis baja hitam yang digambarkan telah diambil dari pasukan keamanan.
Sumber suku Anbar menyatakan pejuang ISIS telah meledakkan bom mobil, di sebuah perkemahan tentara perumahan militer, dan pejuang dari Syiah Hashid Shaabi serta pasukan dekat Habbaniya. Bom mobil lain meledak di dekat jembatan Siddiqiyah.
Jumlah korban akurat dari pertempuran sulit untuk ditetapkan, tetapi, sumber dari rumah sakit di Balad, utara ibukota Baghdad, mennyebut kalau mereka telah menerima 30 mayat pejuang Hashid Shaabi lokal, yang kembali setelah pertempuran di daerah timur laut dari Falluja.
Salah satu pejuang yang terluka dalam pertempuran menerangkan kalau pejuang ISIS, menyerang dengan tanker bermuatan bahan peledak, kemudian ditindaklanjuti dengan penembak jitu terhadap yang mencoba menyelamatkan korban terluka.
"Selama ini, Humvee dikemas dengan bahan peledak diantara kami dan menyebabkan banyak korban," kata pejuang, yang mengidentifikasi dirinya hanya dengan nama depannya, Jaafar.
Selanjutnya di barat Haditha, yang tetap di bawah kendali pemerintah meski telah dicoba oleh serangan ISIS, seorang syekh setempat menjelaskan 25 warga telah tewas dalam empat hari.
"Kami menuntut amunisi untuk dikirim," kata Sheikh Naim al-Gaud.
Pejuang ISIS menguasai sebagian besar Anbar dan Irak utara, dalam serangan kilat pada bulan Juni tahun lalu. Khalifah diri menegaskan kalau kelompok Islam garis keras juga meluas ke Suriah timur.