REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jenderal TNI Gatot Nurmantyo sebagai Panglima TNI yang baru, mengatakan akan mengevaluasi proses rekrutmen, pembinaan dan pendidikan-pendidikan prajurit TNI. Hal itu dilakukan agar kasus bentrokan sesama aparat, tidak terulang lagi.
Menurutnya berdasarkan hasil temuan dari kasus-kasus yang terjadi di lapangan, hampir 80 persen kasus bentrokan antar aparat itu dilakukan oleh prajurit berpangkat Prada (Prajurit Dua).
''Jadi mereka tentara-tentara yang baru masuk. Ini akan saya evaluasi, bagaimana pola rekrutmen, pembinaan, kemudian pendidikan dan pasca pendidikannya,'' katanya usai menghadiri Upacara Serah Terima Jabatan Panglima TNI di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (14/7).
Meski begitu, Gatot menegaskan pelaku bentrokan yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah, dilakukan oknum TNI dan Polri. Tidak hanya itu, dalam upaya mengatasi konflik yang kerap terjadi antara oknum personil TNI dan Polri, Gatot mengungkapkan, pihaknya akan melanjutkan program pendidikan bersama antara Taruna TNI dan Polisi.
Program pendidikan bersama ini sudah disepakati oleh Kapolri dan Jenderal TNI Moeldoko, saat masih menjadi Panglima TNI. Kesepakatan adanya pendidikan bersama itu pun sudah terjadi pada akhir tahun lalu.
''Intinya (pendidikan itu) tiga bulan dulu, kemudian nanti bisa dikembangkan menjadi enam bulan berikutnya. Tapi yang terpenting adalah soal disiplin, pendidika bersama, peningkatan disiplin, dan kegiatan secara bersama-sama,'' jelasnya.
Sementara Kapolri, Jenderal Pol Badrodin Haiti, mengungkapkan, potensi untuk terjadinya konflik antara aparat TNI dan Polri memang selalu terjadi. Terlebih, jika ada pengaruh minum-minuman keras dan adanya pelanggaran disiplin. Namun yang terpenting, ujar Kapolri, konflik-konflik yang sifatnya personal tidak boleh dibawa ke satuannya masing-masing.
''Tetapi yang harus dicegah, jangan masala pribadi dibawa ke kesatuan,'' ujar Badrodin di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
Terkait rencana pendidikan bersama antara Taruna TNI dan Polri, Badrodin mengakui, program tersebut belum berjalan. Rencananya, program pendidikan bersama ityu akan digelar di Magelang, Jawa Tengah, tersebut.
Sebelumnya, sekitar ratusan orang bersenjata laras panjang sempat terlibat bentrok dengan anggota Brimob di Markas Satuan Brimob Polda Jateng Detasemen A Pelopor Subden 2 di Kawasan Jalan Kumudasmoro Gisikdrono, Semarang Barat, Semarang, Jawa Tengah.
Belakang diketahui, ratusan orang itu adalah oknum prajurit dari Pusat Penerbang TNI AD (Puspenerbad). Bentrokan ini diawali adanya kesalahpahaman dan masalah sepele antar prajurit, yaitu masalah antrian di Anjungan Tunai Mandiri (ATM).