Selasa 14 Jul 2015 23:55 WIB

Soal Cuaca Ekstrim di Lanny Jaya, Ini Penjelasan BMKG

Rep: c13/ Red: Taufik Rachman
BMKG
BMKG

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan baru mendapat informasi sedikit tentang cuaca eksterm yang terjadi di Distrik Wanobarak, Kabupaten Lanny Jaya, Jayapura.

Kepala Bidang Cuaca Ekstrem BMKG, Kukuh Ribudiyanto menyatakan, informasi ini didapatkan pihaknya dari penduduk di wilayah tersebut.

“Karena kebetulan wilayah itu jauh dari lokasi pihak kami yang berada di daerah,” kata Kukuh saat dihubungi Republika, Selasa (11/7). Meski begitu, kata Kukuh, BMKG di daerah itu mengaku sudah melakukan analisis terkait kondisi itu.

Sebelumnya, sebanyak 10 warga Wanobarak, Kabupaten Lanny Jaya, Jayapura meninggal dunia akibat kedinginan pasca hujan es yang melanda kawasan itu. Sekda Lanny Jaya Kristian Sohilait mengatakan ke-10 warga itu meninggal dunia akibat cuaca dingin yang terjadi pada awal Juli.

Mengenai fenomena tersebut, Kukuh berpendapat, kondisi itu bisa terjadi karena suhunya. Pasalnya, kata dia, suhu di Jayapura memang biasa mencapai nol derajat jika mengalami hujan es. Terutama, dia melanjutkan, di wilayah sekita Pegunungan Jayawijaya.

Kukuh menjelaskan, meninggalnya 11 warga di Jayapura itu murni akibat kedinginan dan kelaparan. Dia juga menerangkan, fenomena itu bukan hujan es yang selama ini diperkirakan warga. Ia mengungkapkan, hujan yang terjadi di Distrik Wanobarak itu bersifa biasa pada umumnya.

Menurut Kukuh, suhu udara di distrik itu selalu dingin. Ia menerangkan, suhunya bisa mencapai 3 hingga 10 derajat celsius. Pasalnya, kata dia, lokasinya berada di pegunungan, yakni memiliki ketinggian sekitar 4000-an.

Pada saat kejadian, Kukuh mengungkapkan, suhu di distrik tersebut mencapai nol derajat celsius. Bahkan, dia menerangkan, suhunya mencapai minus nol derajat. “Jadi murni karena suhu, bukan karena hujan es,” ujar Kukuh.

Terkait kejadian itu, Kukuh menjelaskan, hujan biasa yang turun ke permukaan bumi mengalami perubahan. Menurut dia, hujan itu mengalami pengkristalan pada saat sudah menyentuh permukaan bumi. Hal ini terjadi, kata dia, akibat dari suhu udara yang sangat dingin tersebut.

Menurut Kukuh, pengkristalan air hujan biasa itu mengakibatkan pepohonan dan tanaman di distrik itu mati seketika. Dengan kata lain, dia menegaskan, masyarakat mengalami gagal panen. Sehingga, lanjut dia, masyarakat mengalami kesulitan memperoleh makanan yang kemudian meninggal.

Mengenai suhu yang eksterm tersebut, Kukuh menyatakan, hal itu terjadi akibat angin timur yang dialami di wilayah tersebut. Menurut dia, angin tersebut besifat kering. Angin tersebut bisa menaikkan suhu dingin di distrik tersebut.

 

Pada kesempatan yang serupa, Kukuh menegaskan, hujan es biasanya tidak akan menyebabkan kondisi se-ekstrem tersebut. Di menerangkan, hujan tersebut biasanya hanya bersifat butiran es untuk di sebagian besar wilayah di Indonesia. Selain itu, dia menambahkan, kejadiannya sebentar saja, yakni beberapa menit pada sore menjelang malam hari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement