REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imparsial menilai kerusuhan di Kaburaga, Tolikara, Papua seharusnya dapat diantisipasi bila koordinasi antar badan intelijen berjalan dengan baik. Direktur Imparsial Poengky Indarti sangat menyanyangkan tidak maksimalnya kinerja intelijen di Tolikara.
"Sayang sekali intelijen kita kurang bekerja secara maksimal dalam mengantisipasi kerusuhan tersebut," kata Poengky di Jakarta, Ahad (19/7).
Poengky mengakui kerusuhan yang sama sempat terjadi di Tolikara. Menurut Poengky kerusuhan terjadi jelang pemilihan kepala daerah (pilkada). Saat itu, lanjut Poengky, jatuh korban jiwa dan harta benda serta pembakaran terhadap gereja GIDI.
"Seharusnya intelijen kita belajar dari pengalaman," ujar Poengky.
Poengky menambahkan, intelijen negara seharusnya juga memiliki peta dan dapat mengetahui hal-hal yang dapat memicu gesekan antar masyarakat di sana.
"Tanpa ada surat edaran pun, intelijen kita mampu menganalisis akan adanya potensi kekerasan," kata Poengky.
Imparsial berharap pemerintah dapat segera menyelesaikan kasus Tolikara tersebut. Selain itu, Imparsial juga mengimbau agar melakukan dialog antar pimpinan agama agar tidak terjadi kesalahpahaman sehingga dapat kembali menimbulkan hal serupa.