REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah tokoh Islam telah meminta umat untuk tetap sabar dan tidak terprovokasi dengan peristiwa yang terjadi di Kabupaten Tolikara, Papua, pada saat pelaksanaan ibadah shalat Idul Fitri 1436 Hijriyah.
"HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) juga mengimbau kepada seluruh umat Islam agar menahan diri dan tidak terprovokasi," kata Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI M Arief Rosyid Hasan dalam keterangan tertulis, Senin (20/7).
PB HMI mengecam aksi brutal yang terjadi di Tolikara dan meyatakan hal itu tidak hanya melanggar hak asasi manusia tetapi juga mencederai toleransi beragama.
"Kami menganggap sebagai musibah yang sangat memprihatinkan dan meninggalkan luka serta mencederai toleransi bukan saja bagi umat Islam tetapi bagi seluruh umat beragama yang ada di Indonesia," katanya.
Untuk itu, PB HMI menyatakan sikap mengecam dan mengutuk aksi penyerangan dan aksi pembakaran serta mendesak pemerintah dan aparat kepolisian untuk segera hadir dan memberi rasa aman bagi masyarakat muslim di Tolikara.
Selain itu, Ketum PB HMI juga menegaskan agar pemerintah menangkap para aktor utama dari tindak melanggar hukum tersebut.
Sementara itu, Ketua Umum Laskar Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) Adhi Permana juga mengutarakan harapannya agar umat Islam tetap sabar dan tidak terprovokasi.
"Jangan sampai melakukan aksi balas dendam karena itu hanya akan memperkeruh suasana," kata Adhi Permana dalam keterangan tertulisnya.
Di tempat terpisah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama mengatakan telah meminta para kader NU di Kabupaten Tolikara, Papua, untuk membantu umat Islam di daerah itu.
"Bantuan tersebut bertujuan untuk memulihkan perasaan masyarakat muslim setempat, terutama dari trauma dan takut, serta membantu dalam proses pemulihan situasi dan kondisi," kata Ketua PBNU Slamet Effendy Yusuf, Senin (20/7).