REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kuba dan Amerika Serikat secara resmi membuka kembali hubungan diplomatik ditandai dengan pembukaan kembali kedutaan besar di ke dua negara, sebagai langkah kuat mengubur perseteruan selama puluhan tahun dalam perang dingin.
Kebijakan luar negeri Presiden Barack Obama, titik balik bersejarah antara seteru sengit, mencapat tahap genting sejak keduanya sepakat untuk mengubur permusuhan dan bersama-sama dalam kesetaraan.
Perubahan itu terjadi setelah Washington menyadari bahwa kebijakannya mencoba melakukan perubahan melalui kendali yang sangat ketat bagi Kuba yang komunis dan pembatasan perdagangan melalui pengucilan telah gagal. Sebaliknya berhubungan langsung dengan Havana merupakan cara yang lebih baik untuk mendorong demokrasi dan kemakmuran.
Untuk pertamakali sejak 1961, Bendera Kuba akan berkirar di gedung Kudutaan Besar Havana yang baru dipugar di Washington yang letaknya cuma selemparan batu dari Gedung Putih.
Bendera garis-garis dengan bintang-bintang putih di dalam segitiga dan garis-garis biru menjadi salah satu dari jajaran bendera-bendera sedunia yang menghiasi gerbang masuk Ibukota negara AS yang berlantai marmer.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan secara resmi menerima timpalannya dari Kuba Bruno Rodriquez untuk berunding dan menyelenggarakan jumpa pers.
Sebelumnya Rodriquez menawarkan suatu upacara untuk menandai peningkatan seksi kepentingan Kuba menjadi kedutaan besar secara penuh.
Pendekatan kembali diumumkan pada 17 Desember setelah Obama dan timpalannya dari Kuba Raul Castro sepakat untuk mengakhiri pemisahan negara dan mengembalikan pemulihan hubungan ke jalurnya.
Setelah serangkaian perundingan di Havana dan Washington, pemulihan hubungan diplomatik bisa dilakukan dalam waktu tujuh bulan kemudian. Kedua negara menyebut langkah ini baru merupakan permulaan dan menyebutkan bahwa menghadapi pertumpahan darah selama puluhan tahun membuat keadaan tidak terlalu mudah.
Kuba menghendaki As sebagai mesin ekonomi untuk mengatasi kerumitan ekonominya dan berharap dapat menarik modal asing lebih banyak serta meningkatkan sumber daya manusia untuk diperbaiki dari model sosialis, tetapi tanpa mengubah kebijaksanaan politik. Membangun rasa percaya diri dan kepercayaan merupakan masalah penting yang diperlukan untuk bergerak maju.
Salah satu masalah terbesar dalam pertikaian adalah Hak Asasi Manusia, dimana Washington menekankan pentingnya kebebasan berpendapat, juga masalah agama dan media di negara kepulauan Karibia itu, dilansir dari AFP Senin (20/7).