REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemerintah Indonesia berniat meningkatkan produktivitas kopi agar menjadi yang paling unggul di dunia. Seperti diketahui, saat ini, posisinya masih di peringkat tiga setelah Brazil dan Vietnam. Caranya dengan menerapkan sistem Good Agriculture Practice (GAP).
"Dimulai dari peremajaan tanaman kopi robusta, pengutuhan tanaman kopi arabika dan intensifikasi kedua tanaman tersebut," kata Direktur Tanaman Tahunan Ditjen Perkebunan Kementan Herdrajat Natawidjaya pada Selasa (21/7). Saat ini kegiatan tersebut terbatas karena terdapat komoditas unggulan lain yang menuntut hal serupa.
Sejak 2014, lanjut dia, telah dilakukan intensifikasi kopi robusta dan arabika di 13 provinsi di atas lahan seluas 4.400 hektare. Sementara itu, untuk peremajaan kopi robusta telah dilakukan di atas lahan seluas 100 hektare serta perluasan kopi arabika di lahan 350 hektare. Untuk tahun anggaran 2015, diagendakan pengembangan kopi di 14 provinsi dan 41 kabupaten di atas lahan seluas 34.225 hektare.
Sistem GAP juga mendorong upaya penguatan kelembagaan petani dan kemitraan usaha. Ini penting agar petani kopi memiliki posisi tawar yang kuat sehingg meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. "Kemitraan bukan hanya profesional tapi juga mengarah pada pelaksanaan teknis budidaya dan peningkatan mutu," ujarnya.