Selasa 28 Jul 2015 19:44 WIB
Muktamar NU

Ini Asal Muasal Sistem Ahwa di Muktamar NU

Rep: c 38/ Red: Indah Wulandari
Logo Muktamar NU ke-33
Foto: NU
Logo Muktamar NU ke-33

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di tengah pro kontra penerapan ahlul halli wal ‘aqdi (Ahwa), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetralisirnya dengan mengirimkan surat edaran pelaksanaan hasil Munas ke-3 tentang Ahwa kepada PWNU dan PCNU se-Indonesia.

Surat tertanggal 8 Juli 2015 itu ditandatangani oleh Pj. Rais Aam PBNU KH Musthofa Bisri, Katib Aam PBNU KH Malik Madani, Ketum PBNU KH Said Agil Siradj, dan Sekjen PBNU Marsudi Syuhud. Dilansir dari situs resmi nu.or.id, Selasa (28/7), surat tersebut berisi empat butir kesepakatan.

Pertama, pemilihan Rais Aam pada Muktamar ke-33 NU akan dilaksanakan dengan sistem Ahwa. Sistem ini merupakan penerapan cara musyawarah mufakat sebagaimana pasal 41 Anggaran Rumah Tangga (ART) NU.

Kedua, ahlul halli terdiri atas sembilan ulama dengan kriteria sebagaimana termaktub dalam pasal 2 ayat (4) Keputusan Munas Alim Ulama NU 2015.

Ketiga, PW dan PC harus menyerahkan sembilan nama ahlul halli yang diusulkan saat registrasi peserta muktamar, sebagai bagian dari administrasi pendaftaran. Hal ini diatur dalam pasal 5 ayat (2) Keputusan Munas Alim Ulama NU 2015.

Keempat, PW dan PC harus memusyawarahkan sembilan nama yang akan diusulkan tersebut.

Dalam surat edaran tersebut, disertakan empat bundel lampiran keputusan Munas Alim Ulama NU tanggal 14-15 Juni, penjelasan kronologis asal muasal ahlul halli, nama-nama 39 ulama yang diusulkan, dan formulir usulan 9 nama ahlul halli.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُ ۗمَا يُرِيْدُ اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.

(QS. Al-Ma'idah ayat 6)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement