REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, mengemukakan musim hujan di Jawa Timur yang biasanya terjadi pada awal November diprakirakan pada 2015 akan mundur sekitar dua dasarian menjadi akhir November atau awal Desember.
"Karena dampak El Nino, musim hujan di wilayah Jawa Timur tahun ini akan sedikit mundur dari biasanya," kata staf Bagian Analisis dan Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Karangploso, Malang, Anung Suprayitno, Rabu (29/7).
Ketika dihubungi per telepon terkait data monitoring hari tanpa hujan berurut-turut di Jatim, ia menjelaskan El Nino adalah suatu gejala meningkatnya suhu permukaan laut di Samudra Pasifik sekitar ekuator khususnya di bagian tengah dan timur yang berdampak terhadap penyimpangan iklim, termasuk iklim di Indonesia.
Menurut Anung, musim kering (kemarau) di wilayah Jatim masih termasuk kemarau normal, kendati musim hujan diprakirakan mundur dari biasanya karena adanya El Nino yang menyebabkan penyimpangan iklim.
Meskipun demikian, ia mengakui masyarakat saat ini sudah banyak yang "berteriak" kekurangan air bersih karena kemarau.
"Sebetulnya, kemarau kali ini cukup normal, tapi karena sumber mata air yang lebih cepat kering dari sebelumnya, sehingga masyarakat merasakannya seperti kemarau ekstrem," katanya.
Cepat keringnya sumber mata air tersebut diduga dampak terjadinya penurunan kualitas (degradasi) lingkungan serta tata guna lahan yang tidak tepat.
Sementara itu, monitoring hari tanpa hujan berturut-turut di Jatim, hingga pertengahan Juli 2015 sebagian besar wilayah Jatim masuk dalam kategori merah, yakni lebih dari 60 hari tanpa hujan berturut-turut, dan berikutnya masuk kategori ping yakni 31-60 hari tanpa hujan berturut-turut. Dua kategori tersebut cukup merata.
Dalam data monitoring hari tanpa hujan berturut-turut di Jatim diilustrasikan dengan enam warna yakni hijau (1-5 hari), kuning (6-10 hari), jingga (11-20 hari), cokelat (21-30 hari), ping (30-60 hari) dan merah (lebih 60 hari).
Data tersebut diperbarui setiap satu dasarian atau 10 hari dengan mengambil sampel dari berbagai kabupaten/kota di Jatim.
"Daerah yang termasuk kering jika dalam satu bulan curah hujan kurang dari 150 milimeter atau dalam satu dasarian kurang dari 50 milimeter," kata Anung Suprayitno.