REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional Achmad Sigit Dwiwahjono mengatakan, delegasi bisnis Kanada tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan listrik yang berbasis batu bara maupun energi solar. Sebelumnya, Kanada sudah menanamkan investasi serupa di Filipina dan ingin melakukan proyek yang sama di Indonesia.
"Mereka akan coba bangun listrik dengan kapasitas 2x300 MW, lokasinya belum ditentukan dan kita sarankan untuk ke Kementerian ESDM yang lebih mengerti teknisnya," ujar Sigit di Jakarta, Jumat (31/7).
Selain itu, Kementerian Perindustrian juga mendorong agar Kanada berinvestasi di bidang energi solar. Pasalnya, menurut Sigit, saat ini Indonesia belum memiliki industri panel solar.
"Mereka belum membicarakan nilai investasi dan masih penjajakan dulu," kata Sigit.
Sigit mengatakan, Kanada tidak hanya tertarik untuk investasi di sektor listrik saja namun juga pendidikan pengelasan. Kanada ingin memberikan pendidikan kepada tenaga pengelasan Indonesia, agar mendapatkan sertifikasi di level internasional.
Sementara itu, Presiden Southeast Asia-Canada Business Council Carmelita S Tapia mengatakan, merealisasikan investasi listrik membutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, investasi di sektor listrik sangat besar yakni antara 3 ribu dolar AS sampai 5 ribu dolar AS.
"Oleh karena itu, kemungkinan kami akan membawa investor di sektor listrik pada tahun depan," ujar Carmelita.
Menurut Carmelita, dalam waktu dekat ini Kanada fokus memberikan pendidikan pengelasan terlebih dahulu. Pada November 2015 mendatang, tenaga pendidik pengelasan dari Kanada akan didatangkan ke Indonesia.