REPUBLIKA.CO.ID,JOMBANG -- Kisruh saat registrasi di arena Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) ke-33 sejak Jumat (31/7) malam akibat panitia mewajibkan peserta untuk mengisi sembilan nama ahlul halli wal aqdi (Ahwa) untuk mendapatkan ID Card resmi dinilai sebuah indikator agar ada penyelamatan muktamar.
“Ini adalah kesalahan fatal yang menjadi pemicu suasana muktamar menjadi panas dan kacau balau. Cara ini melukai perasaan muktamirin yang datang jauh-jauh dari seluruh pelosok negeri,” ungkap Dewan Presidium Barisan Muda NU Mohammad Amin, dalam rilisnya, Sabtu (1/8).
Lantaran perlakuan tersebut, Amin menilai wajar jika PCNU dan yang sudah melakukan registrasi dan menyerahkan daftar nama Ahwa menarik rekomendasi sistem pemilihan Rais ‘Aam karena sistem pemilihan tersebut belum disepakati oleh muktamirin.
ia pun mengaku mendengar adanya skenario apabila seluruh muktamirin sudah melebihi jumlah 50 peserta plus satu atau 275 PCNU dan PWNU, maka ada skenario pemilihan Rais ‘Aam dan ketua tanfidziyyah secara aklamasi.
“Oleh karena itu, kami mendesak PWNU dan PCNU berinisiatif dan berkumpul untuk dibentuknya Tim Penyelamat NU melibatkan panitia muktamar,” tegasnya.