REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas memilih bungkam mengenai peluangnya mengisi kursi di Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
"Sejak saya masuk dalam 39 nama calon formatur, saya tidak mau 'ngomong' ke media," kata Busyro singkat, Senin (3/8).
Menurut dia, standar moral di Muhammadiyah sangat tinggi sehingga jika dia berbicara terkait banyak hal khawatir dianggap sebagai bagian dari kampanye.
Mengawali penjelasannya itu, dia enggan berkomentar lebih lanjut tentang persoalan apapun kepada media, termasuk soal fenomena korupsi di Indonesia.
Muktamar Muhammadiyah ke-47 sendiri telah menyelesaikan proses Sidang Tanwir dan memasuki tahap akhir untuk memilih ketua umum Pengurus Pusat Muhammadiyah yang baru lewat kongresnya.
Dalam Sidang Tanwir, Busyro terpilih menjadi lima besar dari 39 nama calon formatur pimpinan PP Muhammadiyah.
Nantinya akan ditetapkan 13 formatur yang bertugas memilih sejumlah individu untuk memimpin Muhammadiyah, termasuk posisi ketua umum.
Peraturan internal membolehkan formatur memilih siapa saja menjadi pimpinan Muhammadiyah, meskipun di luar 13 nama formatur. Kendati demikian, akan sangat kecil peluang bagi individu di luar 13 nama itu untuk menjadi ketua umum Muhammadiyah.