REPUBLIKA.CO.ID, TOLIKARA -- Tim Pemulihan Bencana Sosial Kabupaten Tolikara sampai hari ini tak kunjung menerima bantuan tambahan. Padahal langkah rekonstruksi sejumlah fasilitas masih terus dikebut dan direalisasikan.
"Program rekonstruksi ini yakni membangun kembali Mushala dan Rumah Kios (Ruki). Saat ini pembangunannya sudah berjalan," kata Ketua Tim Pemulihan Edie Rante Tasak saat dihubungi ROL, Senin (3/8).
Kendati demikian, Edie optimistis pembangunan akan rampung dua pekan ke depan. kemungkinan pembangunan pekan ini, kata dia, akan masuk tahap pemasangan atap.
"Tinggal finishing-nya kita lakukan dalam dua pekan ke depan," katanya.
Rekonstruksi Ruki dan Mushala, kata dia, membutuhkan dana lebih dari Rp 20 Miliar. Edie menjelaskan berdasarkan perhitungan RAB, rekonstruksi membutuhkan dana sekitar Rp 20 Miliar. Mushala Rp 1,1 Miliar sedangkan Rumah Kios dibutuhkan dana Rp 16 Miliar dengan rincian Rp 231 juta per bangunan.
"Kami mengalami kendala dalam membeli material bangunan seperti kayu, pasir, batu, semen. Dana yang kami terima sangat minim," katanya.
Edie mengatakan, saat ini seluruh dana bantuan masyarakat yang diterima tim pemulihan sebesar Rp 470 juta serta Rp 500 dari dana Pemda Tolikara. Sedangkan, bantuan Presiden Joko Widodo sebesar Rp 1 miliar dalam bentuk material bangunan langsung ditangani oleh TNI. Adapun, bantuan lain dari partai PPP tidak melalui tim pemulihan melainkan langsung bertindak di lapangan.
"Kami sudah berkordinasi agar dapat menyalurkan dana kepada kami. Itu untuk mencegah berlebihnya material bangunan yang sama," katanya.
Menurutnya, saat ini angka yang diterima masih sangat jauh dari dana yang dibutuhkan dalam program rekonstruksi. Sebab, tim pemulihan berencana akan membangun sekitar 80-90 unit Ruki. 68 Ruki diperuntukan bagi seluruh korban. Sedangkan, sisannya diberikan bagi korban penembakan, dan putra daerah yang memiliki tanah ulayat di lahan ruko yang baru tersebut.
"Seluruhnya kita akomodir agar tidak menjadi persoalan dikemudian hari," kata Edie.
Pemerintah Tolikara, kata Edie, berharap pemimpin negara tidak hanya bicara dan niat ingin membangun wilayah Tolokara. Sebab, kenyatannya mereka sendiri di daerah kesulitan. "Sementara kami menerima tamu kewalahan. Sebenarnya kami ini melayani tamu atau korban," kata Edie.