Senin 03 Aug 2015 18:06 WIB
Muktamar NU

'Kekisruhan Muktamar Membuat Malu NU'

Sejumlah peserta terlibat adu argumen saat pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke 33 di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8) malam. Pembahasan Tatib tersebut diskors hingga Senin (3/8), karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pembaha
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
Sejumlah peserta terlibat adu argumen saat pembahasan Tata Tertib Muktamar NU ke 33 di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8) malam. Pembahasan Tatib tersebut diskors hingga Senin (3/8), karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pembaha

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Muktamar Nahdlatul Ulama ke-33 di Jombang, Jawa  dinilai rentan memecah belah nahdliyyin.

“Kekisruhan muktamar ini membuat malu NU. Aktor-aktor di balik kekacauan ini harus minta maaf kepada pendiri NU, kalau tidak kualat nanti,” ujar Ketua Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor oleh Rahmat Hidayat, dalam siaran persnya, Senin (3/8).

Rahmat mengidentifikasi sumber kekisruhan dalam Muktamar NU kali ini disebabkan oleh adanya pemaksaan terhadap sistem pemilihan dengan model Ahlul halli wal aqdi (Ahwa). Padahal, ujarnya, sistem pemilihan dengan Ahwa ini baik, tetapi kurang dialogis.

Maka, sebagai salah satu badan otonom NU, Rahmat mengajak Pemuda Ansor untuk tidak terjebak dalam urusan dukung mendukung.  Yakni, dengan menyerahkan persoalan itu kepada para kiai.

“Tugas GP Ansor itu adalah mengawal dan mempersatukan ulama, bukan  memecah belah ulama. Pemuda Ansor harus sadar posisi dan jangan terjebak urusan dukung mendukung, karena Ansor memiliki kewajiban menyatukan  apabila terjadi perbedaan bahkan perpecahan di kalangan ulama,” kata Rahmat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement