REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) pada Jumat (7/8) mengutuk apa yang disebutnya serangan membabi-buta di Ibu Kota Afghanistan, Kabul, pada pagi hari yang sama.
Serangan tersebut menewaskan sedikitnya delapan warga sipil dan melukai lebih dari 200 orang lagi.
Nicholas Haysom, Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan kembali menyampaikan seruan yang berulangkali dikeluarkan misi itu, yakni larangan segera senjata yang secara membabi-buta telah digunakan untuk membunuh dan membuat cacat, dan menghentikan serangan di daerah yang berpenduduk sipil.
Pada awal pekan ini, misi PBB tersebut mengeluarkan laporan terkininya mengenai korban jiwa sipil di Afghanistan. Laporan itu mencatat hampir 5.000 korban jiwa, termasuk lebih dari 1.500 kematian dalam setengah tahun pertama 2015.
Menurut beberapa laporan, 240 warga sipil, termasuk 47 perempuan dan tiga anak kecil cedera dalam ledakan yang terjadi sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Serangan pada Jumat tersebut adalah yang paling mematikan sejak pengumumkan kematian pemimpin Taliban Mullah Mohammad Omar pada penghujung Juli.
Meskipun tak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas peristiwa itu, beberapa laporan mengisyaratkan Taliban berada di belakang serangan mematikan tersebut.