REPUBLIKA.CO.ID, GOWA -- Pemerintah Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, meluncurkan inovasi pendidikan dengan menghapus mata pelajaraan (mapel) baca tulis hitung (Calistung) kelas 1 dan kelas 2 tingkat Sekolah Dasar.
Kurikulum tersebut diganti denga mata pelajaran Iman dan Taqwa (Imtaq). Peresmian mata pelajaran baru ini berlangsung, Senin (10/8).
Ide mengganti mata pelajar Calistung bermula dari ide Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo sebagai upaya memberikan kebebasan dan kenyamanan belajar pada anak usia keemasan 3-8 tahun.
Terobosan ini sekaligus sebagai kelanjutan dan penyempurnaan dari Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) yang telah dianut oleh pendidikan Gowa beberapa tahun terakhir.
Sebelum penghapusan mata pelajaran Calistung, Pemkab Gowa terlebih dahulu meminta pakar dan guru besar untuk mengkaji rencana kebijakan ini, pertemuan dengan pakar pendidikan.
Pemkab Gowa meminta pendapat pakar pendidikan diantaranya, DR. Yuli Ariska (UPI Bandung), Prof. Dr. Abdul Hamid (UPI Bandung), Bambang Supeno (Kementrian Pendidikan Nasional), Prof. Dhini (UI) dan Prof. Jufri Idrus (UNM).
Dosen UNM Prof M Jufri mengatakan, dirinya dan beberapa pakar lainnya menyetujui ide Ichsan YL. Bahkan pertimbangannya dari sisi psikologis calistung di SD Kelas 1 belum tepat.
“Secara psikologis anak yang sebelumnya di TK dihadapkan pada kondisi bermain dan di SD pada kondisi disiplin yang akan membuat anak tertekan. Kondisi tertekan ini membuat anak sulit menerima pembelajaran di masa mendatang,” ujar Jufri melalui rilis yang diterima Republika, Senin (10/8).
Sementara, menurut Ichsan YL, orang tua jangan bangga jika memiliki anak usia 3-8 tahun sudah pintar membaca dan menghitung. Pasalnya anak dengan usia itu belum waktunya untuk diisi kecerdasan.
Usia 3-8 tahun, kata Ihcsan, waktu buat anak-anak bermain. "Jangan hanya diberikan ilmu untuk menghitung. Ilmu iman dan Taqwa lebih penting untuk diajarkan,” ungkap Ichsan menerangkan.