Rabu 12 Aug 2015 14:30 WIB
Daging Sapi Melambung

Pedagang Bakso Kelimpungan Harga Daging Sapi Selangit

Warga membeli daging saat operasi pasar daging sapi di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (11/8).  (Republika/Yasin Habibi)
Warga membeli daging saat operasi pasar daging sapi di Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, Selasa (11/8). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pasar Bojong Gede di Bogor, Rabu (12/8), sepi dari pedagang daging sapi. Sebab, sejak Sabtu (8/8) mereka bersama rekan-rekan seprofesi se-Jawa Barat mogok dagang dan berdemonstrasi di Bandung untuk mendapat perhatian pemerintah.

"Sudah sejak Sabtu mereka ngga dagang dan demo di Bandung, Jawa Barat," kata salah satu pedagang sayur di pasar Bojong Gede, Wati, Rabu.

Harga daging sapi di pasaran yang sebelumnya sekitar Rp 95 ribu per kg, kini mencapai Rp 140 ribu per kg. Hal ini membuat sebagian masyarakat mengeluh, sebab mereka merasa daging sapi tidak dapat diganti dengan alternatif lain, misalnya daging ayam maupun ikan.

Akibat kenaikan harga daging, pasokan daging ke pasar-pasar menjadi sedikit dan langka. Sehingga akibatnya sebagian besar pedagang olahan daging sapi seperti bakso, mengalami penurunan jumlah dagangannya. Akibatnya, untuk sementara mengganti dagangannya dengan yang lain.

"Selama daging mahal dan langka, kita nggak jualan bakso dulu, sekarang paling jualan mi ayam aja," kata pemilik warung bakso di sekitar pasar, Hartati.

Di sisi lain sejumlah pedagang mengaku naiknya harga daging sapi tidak memberi pengaruh terhadap penjualan alternatif daging sapi seperti daging ayam dan ikan. Penghasilan mereka tetap sama karena masyarakat tidak mencari pengganti daging sapi.

"Penghasilan per hari sama aja, ngga ada perubahan sejak daging sapi jadi mahal, karena orang-orang tetap cari daging sapi walaupun harganya mahal," kata salah satu pedagang daging ayam di Pasar Bojong Gede, Umar.

Sementara itu, para pedagang bakso yang menjadi pelanggan daging sapi di Pasar Bojong Gede enggan membeli daging di supermarket. Padahal, mereka tahu jika persediaan di supermarket masih ada. Mereka berpendapat daging yang dijual di supermarket berbeda dengan yang dijual di pasar tradisional.

Harganya pun jauh lebih mahal sehingga dapat memengaruhi pendapatan per hari. "Sebetulnya di supermarket ada, tapi kita nggak mau beli di sana. Kalau di pasar dagingnya masih segar, sedangkan di supermarket biasanya pakai pengawet, kita nggak berani, soalnya kualitas itu penting. Lagi pula harga di supermarket juga mahal jadi kita nanti cuma dapat untung sedikit," ujar Hartati dan penjual bakso lainnya.

Para pelanggan daging sapi yang juga merupakan pedagang bakso sapi berharap pasokan dan harga daging kembali normal, karena pendapatan per hari mereka sangat ditentukan oleh harga dan kualitas daging sapi. "Semoga normal lagi harganya, biar bisa dagang lagi," kata Hartati.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement