REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gedung perpustakaan Ajip Rosidi, diresmikan, Sabtu (15/8) di Jalan Garut No 2 Bandung. Hadir dalam acara tersebut, tokoh Sunda, seniman, dan Budayawan Sunda. Di antaranya, Iman Soleh, Nani Wijaya, Prof Dr Endang Saefullah Wiradipradja, Saini KM, Arifin Panigoro, Taufik Ismail dan lain-lain
"Kami membuat perpustakaan ini, karena di perpustakaan nasional memang ada bahan mengenai Sunda dan Kebudayaan, tapi tak ada yang khusus," ujar Ajip Rosidi dalam Pidato Peresmian Perpustakaannya.
Ajip mengatakan, kurangnya karya ilmiah mengenai orang Sunda dan kebudayaannya menjadi salah satu penyebab mengapa orang Sunda dan kebudayaannya tidak dianggap penting di lingkungan para ilmuwan. Terutama, yang menaruh perhatian terhadap kebudayaan yang terdapat di dunia.
"Bahkan, orang Sunda tak banyak yang meneliti dan menulis karya ilmiah mengenai orang Sunda dan kebudayaannya," katanya.
Jadi, kata Ajip, menyusun ensiklopedia mengenai Jawa, Bali, Minankabau dan kebudayaannya, lebih mudah dari pada menyusun ensiklopedia Sunda. Karena, bahan-bahan berupa karya ilmiah dan lainnya mudah dicari diperpustakaan.
"Kami pun, membuat perpustakaan ini," katanya.
Dikatakan Ajip, dari koleksi pribadinya, Ia menyumbangkan sekitar 20.000 judul buku. Koleksi yang buku perpustakaan ini, sekitar 60 ribu buku yang berasal dari hibah. Yakni, dari keluarga Prof Dr Edi S Ekadjati, Prof Dr Ajatrohaedi, Misbacah Yusa Biran dan lainnya.
Selain itu, kata dia, ada beberapa penerbit yang menaruh simpati lalu menyumbangkan buku terbitannya untuk menambah jumlah koleksi perpustakaan ini. Di antaranya, penerbit Diponogoro, Dunia Pustaka Jaya, Kiblat Buku Utama, Nuansa Cendikia, Yayasan Obor Indonesia, Republika, Remaja Rosdakarya dan Tiga Serangkai.