REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bantaran Sungai Ciliwung, Kampung Pulo, Jakarta Timur, dibersihkan dari pemukiman warga untuk mengantisipasi banjir yang setiap tahun melanda kawasan itu, sehingga sebagian warga telah pindah, namun banyak warga yang bersikukuh tetap tinggal di sana.
Warga yang rumahnya digusur, telah pindah ke rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) yang disediakan oleh Pemerintah, tetapi sebagian rumah yang belum digusur masih terlihat berpenghuni.
"Kita sudah dapat peringatan dari pemerintah lewat Pak RT tahun 2013, tapi mereka tetap mau tinggal di sini," kata warga yang telah meninggalkan bantaran Sungai Ciliwung, Lala kepada Antara, Jumat (21/8).
Sejumlah warga terlihat mengais barang-barang yang hanyut di sungai akibat penggusuran yang dilakukan oleh petugas. Mereka turun ke dalam sungai dan memilah barang-barang yang masih bisa diselamatkan. Akan tetapi mereka tidak menghiraukan alat berat yang sedang bekerja di sekitar mereka.
Penertiban yang dilakukan Jumat berjalan lancar, warga Kampung Pulo menyaksikan penertiban yang dilakukan dari pinggir sungai. Padahal penertiban yang dilakukan pada Kamis (20/8) mengalami kerusuhan, karena warga yang menolak tempat tinggalnya digusur melempari para petugas dan alat berat yang dikerahkan dengan batu.
Sejumlah petugas Polisi dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) diturunkan untuk mengamankan jalannya penertiban. Arus lalu lintas Jatinegara Barat dialihkan ke arah Jatinegara Timur, demikian pantauan Antara, Jumat siang. Namun kebanyakan mereka hanya duduk-duduk saja sambil memantau situasi.
Untuk melakukan penggusuran, maka telah disiapkan petugas Satpol PP, anggota Polda Metro Jaya serta TNI sekitar 2.000 orang. Karena ketatnya penjagaan maka tidak terjadi kerusuhan hingga Jumat siang.
Pedagang makanan dan minuman memanfaatkan penertiban ini untuk berjualan di sekitar kerumunan warga yang menyaksikan berjalannya penertiban. Sementara banyak toko yang tutup karena takut bakal terjadinya lagi kerusuhan seperti yang terjadi pada Kamis lalu.