REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Menteri Perdagangan Thomas Lembong mengatakan, saat ini Indonesia telah mengimplementasikan 92,7 persen atau 469 dari 506 total measures dalam kesepakatan cetak biru Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Kendala yang dihadapi Indonesia yakni karena terbentur peraturan domestik di bidang jasa, misalnya Perpres Nomor 38 Tahun 2014 tentang daftar negatif investasi.
Thomas menjelaskan, agar dapat memenuhi komitmennya langkah untuk melakukan penyesuaian terhadap regulasi terkait tampaknya tidak dapat dihindari. Selain itu, Indonesia juga sedang berjuang agar ASEAN dapat melakukan penyesuaian terhadap target liberalisasinya di bidang jasa sehingga dapat dipenuhi oleh seluruh negara anggota ASEAN.
"Indonesia akan memperjuangkan agar negara anggota Asean dapat menyepakati penggunaan fleksibilitas penurunan penyertaaan modal asing dari 70 persen menjadi lebih besar atau sama dengan 51 persen," ujar Thomas, dalam keterangan tertulisnya, Ahad (23/8).
Thomas mengatakan, hingga akhir Juli 2015, implementasi kesepakatan cetak biru MEA telah mencapai 91,5 persen atau sebanyak 463 dari total 506 komitmen measures. Menurutnya, kesulitan untuk mengimplementasikan komitmen measures tidak hanya dialami oleh Indonesia, namun juga negara anggota Asean lainnya.
"Pendeklarasian MEA di akhir 2015 kelihatannya menghadapi tantangan, namun Indonesia tetap optimis dapat mewujudkan integrasi MEA dan menjadikan Aseaan sebagai kekuatan baru di tengah perubahan global," kata Thomas.
Menurut Thomas, dalam pertemuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) Council ke-29, para menteri ekonomi Asean sepakat akan memperdalam kerja sama dan rencana kerja MEA setelah 2015.
Kerja sama tersebut difokuskan pada upaya memperdalam integrasi ekonomi di kawasan dan meningkatkan pemberdayaan pelaku UMKM. Dalam pertemuan tersebut, Thomas mengusulkan adanya upaya peningkatan akses UMKM terhadap informasi melalui pengembangan ASEAN SMEs Web Portal, yang memiliki fitur dalam berbagai bahasa nasional ASEAN.
Saat ini, Produk Domestik Bruto (PDB) Asean mencapai 2,57 triliun dolar AS, hampir mencapai dua kali lipat dari PDB ASEAN pada 2007 lalu. Pertumbuhan PDB riil Asean diproyeksikan mencapai 4,6 persen di 2015 dan akan meningkat sampai dengan 5,1 persen pada 2016 mendatang.
Pasar utama ekspor Asean relatif tidak mengalami perubahan dan konsisten pada pasar tradisional dengan komposisi pangsa ekspor intra-ASEAN 25,5 persen, Cina 11,6 persen, Uni Eropa 10,2 persen, Amerika Serikat 9,5 persen, dan Jepang 9,3 persen.
Sementara itu, total perdagangan intra-Asean pada 2014 meningkat lebih dari 50 persen dibandingkan pada 2007 yang mencapai sebesar 2,53 triliun dolar AS.
Di bidang investasi, total Foreign Direct Investment (FDI) yang masuk ke Asean pada 2014 tercatat sebesa 136,2 miliar dolar AS. Sumber utama investasi berasal dari Uni Eropa 21,5 persen, Intra Asean 17,9 persen, Jepang 9,8 persen, Amerika Serikat 9,6 persen, dan Cina 6,5 persen.