Jumat 28 Aug 2015 06:00 WIB

Pengamat ini Khawatir Kondisi Saat ini Lebih Buruk dari 1998

Rep: C14/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy
Foto: Antara
Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah diharapkan tidak menganggap enteng potensi //rush// lantaran nilai tukar rupiah yang sudah melampaui Rp14 ribu per dolar AS. Apalagi, kini perekonomian terpukul baik di sektor ekonomi makro maupun riil.

Pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy menilai, sektor keuangan Indonesia sudah ambruk. Alasannya, kata dia, indeks harga saham gabungan (IHSG) terpukul merosot hingga 20 persen, terhitung awal Januari tahun ini. IHSG disebutnya terimbas black Monday ketika hampir semua indeks saham dunia melemah.

Noorsy menyayangkan respons pemerintah yang malah menggelontorkan dana di pasar uang dan pasar modal. Misalnya, dengan melakukan buy back besar-besaran saham BUMN. Padahal untuk sektor pasar modal, menurut dia, yang diperlukan hanyalah penegakan hukum agar tak ada price maker yang bermain. Semestinya, dia menegaskan, pemerintah lekas menguatkan sektor riil.

“Sebentar lagi, ketika sektor riil benar-benar terkena menohok, 2015 ini kesimpulan saya, bisa jadi lebih berbahaya dibanding 2008, dibanding (krisis moneter) 1997-1998. Karena sektor riil dan sekaligus sektor keuangan terkena,” papar Ichsanuddin Noorsy dalam diskusi di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/8).