Sabtu 29 Aug 2015 05:27 WIB

Duh, Ekspor Batik Tulis ke Eropa Lesu

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Seorang pengrajin menunjukan proses pembuatan batik tulis pada Pameran Batik Warisan Budaya di Plaza Industri gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (30/9).
Foto: Prayogi/Republika
Seorang pengrajin menunjukan proses pembuatan batik tulis pada Pameran Batik Warisan Budaya di Plaza Industri gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -– Kenaikkan nilai tukar dolar AS atas rupiah tak bisa dinikmati perajin batik tradisional di Kabupaten Klaten, Jateng. Soalnya, pasar ekspor ke negara-negara belahan Benua Eropa dan AS tengah lesu.

''Pasar Eropa dan AS membuat ekspor batik tulis pewarna alam buatan pengrajin batik di Klaten menurun dratis. Jadi, kami tidak bisa menikmati kenaikkan tukar dolar AS,'' kata Miyanto, Ketua Paguyuban Batik Kayu Taruntum, Jum'at (28/8).

Menurut Miyanto, kondisi lesu pasar batik tradisional dari Klaten ke Eropa dan AS sudah terjadi dua tahun belakangan ini. Padahal, ekspor batik ini menjadi andalan perajin. Sehingga perajin susah mencari pasar ekspor negara lain.

Ketua Paguyuban Batik Kayu Taruntum Kabupaten Klaten, Miyanto, mengatakan, sejak dua tahun belakangan kondisi ekspor terus mengalami penurunan. ''Peminat barang kerajinan batik tulis, sepertinya ikut terpengaruh krisis yang terjadi dibeberapa negara Eropa. Mungkin, penyebabnya karena guncangan ekonomi di Yunani,'' ujar Miyanto.

Masih menurut Miyanto, penurunan ekspor ke luar negeri melebihi angka 30 persen. Adapun pasar kerajinan yang kelompoknya kuat, menyasar Belahan Eropa. Seperti, Italia, Spanyol, Amerika Serikat juga menjadi andalan konsumen, serta Australia.

Hal serupa juga dialami Ketua Kelompok Pembatik Kain, Suratmi. Menurutnya, penurunan pada kerajinan produknya mencapai diatas 20 persen. Ia menerangkan, terdapat setidaknya 39 perajin batik dibawah koordinasi lembaga Putri Kawung

Berbagai upaya pun dilakukan. Termasuk strategi jual online. Meskipun dinilai belum begitu efektif seperti penjualan konvensional, akan tetapi hal tersebut turut mendongkrak dan menyebarkan hasil karya kerajinan batik.

Suratmi menlanjutkan, ''penjualan batik kain dan kayu saat ini justru lebih diminati oleh pembeli lokal. Hal itu dikarenakan perekonomian lokal yang meningkat lumayan.

Ada kenaikkan sekitar 30 persen dari konsumen lokal atau dalam negeri. Mungkin, kondisi ekonomi yang mulai membaik menjadikan minat pembeli dari dalam negeri meningkat. Adapun untuk pasarnya tersedia di Jakarta, Bali dan Yogyakarta.

Namun begitu, kondisi sebaliknya minat pembeli lokal meningkat tajam. Oleh karena itu, Paguyuban Batik Klaten menggelar pameran batik pewarna alam dan batik kayu di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, 21-28 Agustus 2015.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement