Selasa 01 Sep 2015 01:30 WIB
Malaysia Bergolak

Benarkah Najib tak Penuhi Janji Manisnya?

Rep: Gita Amanda/ Red: Indah Wulandari
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak
Foto: EPA/FAZRY ISMAIL
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak

REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Sebuah aksi demonstrasi besar-besaran diselenggarakan di Malaysia akhir pekan ini. Ribuan massa bekaos kuning, yang mengampanyekan Malaysia Bersih menyerukan Perdana Menteri Najib Razak mundur.

 

Pemicunya, skandal aliran dana dari perusahaan negara 1MDB senilai 700 juta dolar AS ke rekening pribadi Najib. Najib mengatakan, dana tersebut berasal dari sumbangan Timur Tengah dan bukan digunakan untuk kepentingan pribadinya.

 

Beberapa menterinya pun menguatkan pernyataan Najib. Salah seorang pejabat mengatakan, dana tersebut dibutuhkan partai mereka untuk melawan 'ancaman Yahudi' dalam pemilihan umum terakhir. Sementara, menteri lainnya mengatakan, sumbangan tersebut diberikan sebagai hadiah atas upaya Malaysia memerangi terorisme.

 

Namun, seperti dilansir BBC News, jawaban-jawaban tersebut justru menimbulkan banyak pertanyaan. Skandal ini pula yang mendorong ribuan warga Malaysia memintanya mengundurkan diri.

 

Padahal di awal masa jabatan Najib pada 2009 silam, ekonom berpendidikan Inggris ini menjanjikan banyak hal bagi rakyat Malaysia. Berikut sejumlah janji-janji besar yang digaungkan Najib.

 

1Malaysia

 

Sejak awal, Najib menyerukan kampanye persatuan nasional untuk mengubah citra koalisi Barisan Nasional yang didominasi Melayu-Muslim. Najib menyebut partainya kini menaungi semua warga Malaysia dari berbagai etnis dan agama.

 

Namun citra sebagai penjaga persatuan nasional hancur, saat ia menyalahkan melemahnya koalisi mayoritas akibat kurang dukungan dari etnis Cina. Ia menyebut hal itu sebagai "tsunami Cina".

 

Kebebasan Sipil

 

Perdana Menteri Najib, mendorong masyarakat untuk berinteraksi dengannya melalui media sosial. Najib kerap aktif di akun Twitter dan Facebooknya. Bahkan ia juga memiliki Facebook khusus berbahasa Cina, demi bisa berkomunikasi dengan para pemilih Cina-Malaysia. Sejak itu, untuk pertama kalinya warga Malaysia bisa menyuarakan keprihatinannya langsung kepada perdana menteri.

 

Sayang, kemarahan publik muncul saat Najib memblokir sejumlah situs yang membahas mengenai skandalnya dengan 1MDB secara ekstensif. Ia bersumpah untuk bergerak melawan "penjual desas-desus".

 

Salah satu hukum yang sering digunakan terhadap mereka yang mengkritik pemerintah adalah pasal penghasutan. Najib awalnya berjanji menghapuskannya, tapi ia justru memperkuat tanpa penjelasan.

 

Malaysia juga dikritik karena memenjarakan pemimpin oposisi Anwar Ibrahim, atas kasus sodomi. Hal itu secara luas dipandang bermotifkan politik.

 

Reformasi Fiskal

 

Najib berjanji untuk membawa Malaysia keluar dari ketergantungan terhadap ekspor murah. Ia ingin warga Malaysia bisa berpenghasilan tinggi.

 

Untuk itu, ia membutuhkan lebih banyak pendapatan dengan mendorongnya melalui dua kunci reformasi. Najib pun memotong kembali subsidi pangan, bahan bakar dan menerapkan pajak konsumsi berbasis luas yang disebut GST. Hal itu bahkan mendapat perlawanan sengit dari partainya sendiri.

 

Islam Moderat

 

Najib menyatakan ingin mengambil peran aktif dalam menyelesaikan masalah antara Muslim dan non-Muslim. Ia juga memulai program yang dikenal sebagai gerakan global moderat.

 

"Pemisah sebenarnya bukan antara Muslim dan non-Muslim, atau negara maju dan berkembang, tapi ini masalah antara moderat dan ekstremis," ungkapnya dalam pidato di PBB 2010 lalu.

 

Tapi, agama minoritas menuduh Najib gagal menerapkan moderasi di dalam negeri.

 

Faktor Rosmah

 

Terakhir adalah faktor Rosmah. Rosmah Mansor merupakan istri Najib, yang kerap dikritik karena gemar menggunakan barang mewah. Serangkaian foto Rosmah di media sosial menampilkannya dengan tas beragam warga dengan harga ribuan dolar.

 

Perdana menteri menolak klaim tersebut. Ia mengatakan tuduhan itu bersifat politik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement