REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Frekuensi kegempaan vulkanik Gunung Lokon di Kota Tomohon, Sulawesi Utara menurun pascaerupsi Sabtu (29/8), kata petugas Pos Pengamatan Gunung Api Lokon dan Mahawu, Armando Mangole.
Sebelum letusan terekam sampai puluhan kali, namun di hari ketiga pascaletusan sejak pukul 00.00 hingga 12.00 WITA hanya terekam satu kali gempa vulkanik dalam dan dua kali gempa vulkanik dangkal," kata Mengole di Tomohon, Selasa (1/9).
Sama dengan dua hari sebelumnya pascaletusan, kegempaan masih didominasi gempa embusan yang terekam hingga 30 kali di periode 12 jam hari ini, kata dia.
"Setiap enam jam data perkembangan aktivitas vulkanik dilaporkan ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung. Data tersebut kemudian dianalisa," katanya.
Meski begitu, kata dia, tiga hari pascaerupsi PVMBG masih menetapkan status siaga level III dengan radius bahaya sejauh 2,5 kilometer dari kawah Tompaluan, Gunung Lokon.
"Radius bahaya ini diharapkan tetap dipatuhi dengan tidak melakukan aktivitas termasuk pendakian," harapnya.
Gunung api aktif dengan ketinggian 1.580 meter ini meletus pada Sabtu (29/8) dan melontarkan debu vulkanik setinggi 1.500 meter yang kemudian jatuh di Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kota Manado dan Kabupaten Minahasa Utara.
Erupsi gunung yang memiliki kawah di sekitar lereng (bukan di puncak seperti kebanyakan gunung api) pernah terjadi pada 20 Mei 2015 dengan material debu vulkanik yang dilontarkan sekitar 1.500 meter diiringi dentuman.