REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pembanguan di pusat Kota Tasikmalaya sangat pesat. Terutama sepanjang Jalan KHZ Mustopa di samping kanan dan kirinya terdapat banyak pusat perbelanjaan. Sehingga banyak orang mengais rezeki di sepanjang Jalan KHZ Mustopa, Kota Tasikmalaya.
Di balik ramainya hiruk -ikuk Jalan KHZ Mustopa, di dalam sebuah gang berukuran tidak terlalu besar. Terdapat sebuah masjid yang dibangun sejak sebelum kemerdekan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada tahun 1945.
Masjid H Bakri beralamat Jalan KHZ Mustopa, (RT 4/RW 6), Kelurahan Yudanagara, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Masjid H Bakri masih mempertahankan bentuk bangunan asli ketika pertama kali dibangun.
Masjid tersebut dikenal masyarakat sekitar sebagai Masjid H Bakri, sesuai nama pendirinya Haji Bakri. Kendati posisi masjid tersebut berada di dalam gang di balik sebuah super market besar dan tertutupi banguan-bangunan lainnya, masjid ini tetap menjadi pilihan dan favorit banyak orang yang hendak menjalankan ibadah shalat. Bahkan tidak kurang orang yang datang hanya untuk rehat sejenak dari pekerjan.
Penanggungjawab Masjid H Bakri dan sesepuh masyarakat sekita, Yuyus Sudradzat (60 tahun) mengatakan, berdasarkan cerita lisan turun temurun dari ayah dan kakeknya. Masjid H Bakri dibangun pada tahun 1934 sebagai masjid permanen oleh Haji Bakri. Namun, menurut Yuyus, masjid tersebut telah ada sebelum tahun 1934. Tapi masih berupa masjid kecil (mushola).
Jalan KHZ Mustopa dan sekitarnya pada waktu itu masih sepi. Tidak banyak bangunan yang berdiri. Seiring berkembangnya zaman, jumlah masyarakat bertambah. Sehingga pada 1934 banguan masjid H Bakri permanenkan menjadi sebuah masjid dengan penambahan luasnya.
"Meski kini masjid telah diapit oleh bangunan-bangunan besar, kami mempertahankan masjid ini untuk tetap menjadi tempat ibadah," ujar Yuyus.
Di tengah-tengah Jalan KHZ Mustopa, memang hanya ada masjid H Bakri. Jadi masjid tersebut telah memberi ruang bagi para karyawan dan masyarakat untuk tempat beribadah dan beristirahat sejenak dari sibuknya urusan dunia.
Kendati masjid H Bakri berada ditengah banguan-banguan besar, masjid tersebut tidak akan tergusur atau tergantikan. Sebab masyarakat pendatang yang bekerja di sekitar Jalan KHZ Mustopa membutuhkan kehadiran masji tersebut. Di saat jam istirahat dan waktu luang, banyak yang datang ke masjid.
Di sepanjang jalan gang juga banyak orang-orang yang menjual makanan. Kemudian, di bagian depan masjid terdapat sebuah pelataran yang cukup untuk digunakan orang-orang beristirahat. Banyak orang yang menggunakan pelataran masjid tersebut untuk istirahat sambil makan.
Namun terdapat batas yang jelas, antara tempat menjalankan ibadah dan tempat istirahat. Batas tersebut ditandai dengan sekat berupa pagar. Adanya tempat khusus untuk beristirahat dimaksudkan untuk menyesuaikan keadaan dan kondisi. Sebab banyak karyawan menghabiskan jam istirahatnya pelataran masjid setelah menjalankan ibadah sholat Duhur.
Pengayuh Becak, Yadi Supriadi (40 tahun) mengatakan, ia bekerja di Jalan KHZ Mustopa, mencari penumpang yang menggunakan jasanya sebagai pengayuh becak. Setiap pagi Yadi kerap menjalankan sembahyang sholat Dhuha di masjid H Bakri.
Tatkala tiba waktu Duhur dan dan Asar Yadi juga sering menjalankan ibadah di masjid H Bakri. Bahkan saat sepi penumpang, ia memilih untuk melaksanakan Shalat Dhuha dan beristirahat di masjid. "Masjid ini sangat tenang suasananya, meski di jalanan panas tapi di dalam mesjid ini terasa sejuk," kata Yadi.