REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Penetapan status siaga kabut asap di Sumatera Barat (Sumbar) menunggu hasil analisis partikel udara di masing-masing kabupaten dan kota di daerah itu.
Kami telah kontak semua daerah untuk menyikapi kepekatan kabut asap yang terjadi beberapa hari belakangan ini. Kita mendesak agar dilakukan analisis partikel udara di masing-masing daerah. Hasil analisis itu akan menjadi dasar penetapan status siaga kabut asap," kata pelaksana tugas (plt) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Zulfiatno di Padang, Rabu (2/9).
Daerah yang tidak memiliki alat untuk mengukur indeks partikel dalam udara (PM 10), dia menyarankan meminta bantuan kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Sumbar. "Mereka bisa ajukan surat ke Bapedalda untuk dibantu pengukuran PM10 di daerah masing-masing," katanya.
Penetapan status siaga darurat kabut asap, menurut dia, bisa dilakukan jika daerah yang dinyatakan memiliki kualitas udara tidak sehat, lebih dari satu. "Karena itu kita butuh data dari kabupaten dan kota," katanya.
Saat ini menurut dia, Pemprov Sumbar baru menerima data dari Stasiun GAW Kototabang, Bukittinggi. Data itu hanya akurat untuk daerah sekitar Bukittinggi.
Menurutnya, jika nanti Indeks Standar Pencemar Udara(ISPU) mencapai dikategori tidak sehat, pemerintah akan merekomendasikan untuk membagikan masker dan meliburkan siswa sekolah.
Saat ini kualitas udara terus berubah-ubah. Dalam dua hari terakhir di Dharmasraya dan Bukittinggi sempat terjadi peningkatan PM10 diatas angka 300 ug/m3 atau dalam kategori tidak sehat, katanya.
Secara kasat mata terlihat terkadang tebal, kemudian kembali menipis. Kondisi ini terlihat di beberapa kabupaten dan kota di Sumbar diantaranya, Bukittinggi, Agam, Sijunjung, Kota Padang, Dharmasraya dan Sawahlunto.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Koto Tabang Bukittinggi, indeks partikel dalam udara (PM10) Kota Bukittinggi tanggal 2 Sep 2015 pukul 07.45 WIB sebesar 329 ug/m3 atau Kategori ISPU tidak sehat.
Pemantauan yang dilakukan Rabu(3/9) pukul 15.00 WIB, menunjukan angka 136 ug/m3. Beberapa waktu belakangan ini memang di Sumbar menunjukan penurunan kualitas udara, itu disebabkan peningkatan titik api yang terjadi di Sumsel dan Jambi.
Ini dipengaruhi angin yang berasal dari selatan, sehingga kabut asap dari Sumsel dan Jambi masih akan bergerak memasuki wilayah Sumbar dan Riau, katanya.