REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Pangsa pasar fesyen muslim ditargetkan bisa tumbuh enam persen per tahun hingga bisa mencapai sebesar 327 miliar dollar atau setara empat juta triliun rupiah pada 2020 nanti.
Diperkirakan jumlah itu akan terus meningkat hingga mencapai 327 miliar dollar pada 2020. Padahal pada 2014 saja, pengeluaran dalam pembelian produk-produk fesyen muslim mencapai 230 miliar dollar. Dengan jumlah sebesar itu, fesyen muslim sudah memegang sebelas persen pasar fesyen global.
Data proyeksi itu diluncurkan oleh kerjsama pusat ekonomi pembangunan Islam di Dubai (DIEDC) dan perusahaan Thomson Reuters. Turut hadir sekitar 2 ribu pembuat kebijakan, pemikir dan pebisnis yang pertemuan resminya digelar pada 5-6 Oktober di Dubai. Nantinya, pada pertemuan resmi itulah, data-data akan dibahas guna pengembangan sektor ekonomi bagi umat Islam.
Di tengah tekanan ekonomi, uniknya, sektor fesyenlah yang diprediksi akan terus berkembang. Pasalnya busana Islam menghasilkan permintaan dari daerah dan budaya lain dimana kesopanan adalah prioritas. Selain itu, fesyen memang terus menarik bagi pangsa pasarnya untuk terus tumbuh,
Sefamerve, brand busana sederhana terkemuka, mengatakan merek global fokus pada busana sederhana kepada kaum konservatif."Mereka (pengusaha fesyen) juga harus ingat basis pelanggan konservatif tumbuh cepat juga tertarik pada fashion sederhana ini," ujarnya seperti dilansir dari arabian business.
Sementara itu, Alia Khan, ketua Fashion dan Desain Dewan Islam, mengatakan orang-orang tertarik dengan industri fesyen Islam."Ini memiliki potensi yang luar biasa untuk memimpin dan dapat memberikan contoh yang indah untuk industri fesyen mainstream sekaligus menawarkan solusi kuat yang akan merevolusi mode namun tetap menjaga martabat, keanggunan, dan kelas," katanya.