REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembunuhan terhadap aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib genap berusia 11 tahun pada 7 September 2015. Namun, hingga saat ini aktor atau dalang pembunuhan pria kelahiran Malang, Jawa Timur ini belum juga diungkap oleh para penegak hukum.
Istri Munir, Suciwati meminta Presiden Joko Widodo segera mengungkap dalang pembunuhan terhadap sang suami. Sebagai seorang istri, 11 tahun bukan waktu yang singkat baginya untuk menanti pengungkapan siapa orang yang membunuh suaminya. Dia meminta Jokowi ikut merasakan bagaimana perasaan keluarga Munir.
"Coba pikirkan ketika jadi orang tua, pikirkan perasaan anaknya. Bagaimana jika tiba-tiba Jokowi dihabisi lawan politiknya. Pikirkan perasaan anaknya, istrinya ketika orang yang membunuh tidak ketemu," kata dia di kantor Kontras, Ahad (6/9).
Suciwati mengatakan, pembunuhan terhadap Munir bukan pembunuhan biasa. Sehingga penyelesaiannya tidak bisa dilepas begitu saja oleh Presiden. Pengungkapan kasus ini, menurutnya, membutuhkan kemauan, kesungguhan dan konsistensi politik presiden. Apalagi, kata dia, upaya dalam mengungkap kasus ini terkadang terhambat oleh tembok tebal kekuasaan.
Jokowi, kata Suciwati, harus keluar dari hitungan kalkulasi politik dan sandera politik dalam menyelesaikan kasus Munir. Penyelesaian kasus ini harus diletakkan dalam kerangka penegakan hukum dan HAM secara konsisten dan tidak diletakkan dalam tarik menarik kepentingan politik.
"Saya ingat dalam satu acara, Jokowi menyatakan jika tidak memberikan kesejahteraan pada masyarakat itu melanggar konstitusi, tapi kalau tidak menyelesaikan kasus HAM dalam hal ini kasus Munir, (Jokowi) juga melanggar konstitusi," ujar dia.
Munir merupakan aktivis HAM kelahiran Malang, Jawa Timur 8 Desember 1965 dan meninggal 7 September 2004. Dia meninggal saat perjalanan udara dari Jakarta ke Amsterdam Belanda dengan pesawat Garuda saat akan melanjutkan studinya di negeri kincir angin itu. Munir dinyatakan diracun arsenik dan meninggal di dalam pesawat saat perjalanan.