REPUBLIKA.CO.ID,AMMAN -- Kelompok garis keras Daulah Islam (lebih dikenal dengan ISIS) merebut ladang minyak besar terakhir milik pemerintah Suriah melalui pertempuran, yang sebenarnya untuk merebut wilayah gurun di bagian tengah, kata pernyataan lembaga pemantau pada Senin.
Ladang minyak Jazal saat ini ditutup dan pertempuran masih berlangsung di bagian timur provinsi Homs. Kedua pihak kehilangan anggota, kata Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), yang memantau perang di Suriah.
Lembaga berkantor pusat di Inggris itu tidak merinci kapan pertempuran itu dimulai atau penjelasan lain. Di sisi lain, militer Suriah menyatakan mundur dari serangan di daerah sama. Namun, mereka tidak menyebutkan ladang minyak Jazal atau menanggapi mengenai seberapa banyak prasarana energi masih dikuasai pemerintah. Militer mengaku menewaskan 25 anggota ISIS, temasuk di antaranya yang berasal dari negara lain.
"Rezim Suriah telah kehilangan ladang minyak terakhir," kata SOHR, yang melacak kekerasan di Suriah melalui jaringan sumber di lapangan.
Sejumlah pengamat menyatakan bahwa pertempuran antara IS dan pasukan pemerintah memang semakin intensif dalam dua atau tiga hari terakhir. IS, menurut mereka, telah mengambil alih ladang minyak Jazal pada Ahad (6/9).
Jazal sendiri adalah ladang minyak berukuran menengah, terletak di barat laut kota Palmyra yang dikuasai ISIS dan dekat dengan wilayah yang mempunyai landang gas alam terbesar di Suriah--lengkap dengan fasilitas ekstraksi bernilai jutaan dolar AS.
Tentara pemerintah, yang bertempur untuk merebut kembali kota Palmyra dan mengepungnya sejak Mei, sebetulnya telah mengamankan ladang minyak Jazal pada Juni. Dalam persoalan lain, SOHR menyatakan bahw serangan udara sekutu pimpinan Amerika Serikat di sejumlah area di kota Raqqa telah menewaskan setidak-tidaknya 16 anggota ISIS, lima di antaranya merupakan warga negara asing. Raqqa sendiri secara nyata adalah ibu kota ISIS.
Pertempuran juga terjadi di ibu kota Suriah, Damaskus. Kelompok gerilyawan garis keras menyerang dengan menggunakan mortar sehingga menewaskan satu orang warga sipil dan melukai beberapa lainnya, demikian laporan dari stasiun televisi pemerintah setempat.