Jumat 11 Sep 2015 17:40 WIB

Jakarta Pun Meminta Hujan

Rep: C27/ Red: Ilham
Jamaah mengikuti Shalat Istisqa di Halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/9).
Foto: Republika/ Wihdan
Jamaah mengikuti Shalat Istisqa di Halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (11/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim kemaraun yang begitu panjang membuat banyak daerah kekuarangan air, bahkan hingga terjadi kebakaran hutan. Melihat kondisi Indonesia yang tidak kunjung hujan, banyak daerah melakukan shalat istisqa agar Allah dapat memberikan hujan disaat manusia dilanda musibah kurangnya air.

Hari ini, Jumat (11/9), Masjid Istiqlal mengadakan shala istisqa setelah pelaksanaan shalat Jumat. "Kita sudah pada kekeringan, Nabi itu biasanya seperti itu, diadakan shalat Istisqa, tapi di lapangan, bukan di masjid. Makanya kita buat di teras raksasa, kaya lapangan kan itu," ujar Ketua Takmir Masjid Istiqlal Adnan Harahap, Jumat (11/9).

Setelah shalat Jumat selesai, para jamaah diminta untuk berpindah tempat menuju teras raksasa yang berada di samping aula utama. Ada beberapa yang berjalan santai, ada pula yang berlarian karena shalat istisqa dilaksanakan tidak berselang begitu lama setelah pengumuman perpindahan tempat terdengar dari pengeras suara.

Telihat jamaah pria mendominasi barisan terdepan, dan ada beberapa jamaah wanita yang mengikuti shalat istisqa di barisan paling belakang. Mereka rela tersengat langsung oleh sinar matahari untuk ikut meminta turunnya hujan.

Dipimpin oleh Al-Hafidz Haji Rofuuddin Mahfudz, jamaah khusuk mengikuti tiap gerakan imam. Mulai dari takbir pertama hingga salam. Kemudian setelah shalat berakhir, jamaah menyimak ceramah yang disampaikan oleh khatib, Imam Besar Masjid Istiqlal Ali Mustafa Yakub. Ustadz Yakub mengajak sepuruh jamaah beristigfar bersama-sama untuk membuka khutbahnya.

Melalui khutbahnya, Imam Besar Masjid Istiqlal mengajak umat Muslim sejenak mengakui segala kesalahan-kesalahan yang telah diperbuatan.

"Marilah sejenak kita menengok apa yang sedang terkena pada kita, nilai rupiah merosot jauh, bahkan di beberapa wilayah NKRI rupiah tidak digunakan seperti di perbatasan, kekeringan di mana-mana, kebakaran hutan di mana-mana, banyak orang kesulitan mencari air, mengapa semua ini terjadi?" katanya.

Ia membicarakan hadits Nabi Muhammad yang ditulis oleh Ibnu Maja, bahwa jika sebuah negeri telah marak terjadi perzinahan dan transaksi ribawi, maka negeri tersebut siap terkena adzab dari Allah. Dan menurutnya, Indonesia saat ini begitu dekat dengan itu semua.

"Kemakmuran ini datangnya dari Allah, tidak muatahil ini hasil dari kita berbuat makisat, yang selalu melanggar larangan-larangan Allah," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement