Kamis 17 Sep 2015 23:39 WIB

Situ Gede Mengering, Lahan Pertanian Kurang Pasokan Air

Rep: C10/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7).  (Republika/Tahta Aidilla)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Petani sedang mengumpulkan padi yang mengalami kekeringan di Kampung Setu, Bekasi Barat, Kamis (30/7). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Musim kemarau telah berlangsung cukup lama. Banyak sungai dan lahan pertanian yang kekeringan. Di Kota Tasikmalaya musim kemarau telah mengakibatkan Situ Gede yang mengairi lima saluran irigasi mengering. Akibatnya ratusan hektare lahan pertanian kekurangan pasokan air.  

Koordinator Wilayah Cibanjaran Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kota Tasikmalaya Ade mengatakan, Situ Gede di Kota Tasikmalaya telah mengering selama kurang lebih lima bulan. Sementara untuk lima saluran irigasi yang ada di Situ Gede telah mengering selama kurang lebih tiga bulan.

"Akibat mengeringnya Situ Gede lahan pertanian seluas 198 hektare kekurangan pasokan air," kata Ade kepada Republika, Kamis (17/9).

Situ Gede memiliki luas 47 hektare. Saat pasokan air dari sungai Cibanjaran dan Cikunir normal, Situ Gede dapat menampung 1,4 juta kubik air. Menurut Ade, lima saluran irigasi di Situ Gede dapat mengairi lahan pertanian seluas 223 hektare. Namun saat ini lahan pertanian yang ada di jalur saluran irigasi dari Situ Gede, seluas 15 hektare sudah benar-benar kekeringan.

Ade menerangkan, saat ini kondisi sungai Cibanjaran mau pun Cikunir yang menjadi sumber air Situ Gede sudah mengering. Sehingga benar-benar tidak ada air yang mengalir ke Situ Gede. Hanya ada sedikit genangan air di tengah-tengah situ. Genangan tersebut itu pun tidak sampai ke pintu air saluran irigasi.

Akibat mengeringnya Situ Gede tidak hanya berdampak pada lahan pertanian yang kekurangan pasokan air. Jumlah wisatawan yang datang ke situ pun menurun drastis. Sebab hanya ada pemandangan situ yang mengering, membuat wisatawan menjadi tidak tertarik.

Namun, mengeringnya Situ Gede dimanfaatkan para buruh pencari rumput untuk makanan ternak. Sebab banyak rumput yang tumbuh di dasar situ yang mengering. Warga Kampung Pantilaksana, Desa Cikawungading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Triyadi (45 tahun) mengatakan, ia mencari rumput sampai ke Kota Tasikmalaya.

Rumput-rumput tersebut untuk pakan ternak miliknya. Sebagian lagi untuk dijual. Sebab banyak peternak kambing dan sapi yang kesulitan mendapatkan rumput segar untuk pakan ternaknya. "Di wilayah kami sudah tidak ada rumput yang tumbuh karena lahan mengering akibat kemarau berkepanjangan," ujar Triyadi.

Dalam sehari Triyadi bersama dua orang temannya bisa mendapat 30 karung rumput. Ia mengaku, menjual satu karung rumput segar seharga Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu per karung. Bahkan ada pencari rumput dari Kabupaten Garut yang datang ke Situ Gede hanya untuk mendapatkan rumput segar untuk pakan ternaknya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement