REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas kredit perbankan diperkirakan masih akan menurun dengan adanya kenaikan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL). Diperkirakan, NPL gross akan berada di kisaran 3 persen pada akhir tahun, dibandingkan posisi Juli 2015 di level 2,7 persen.
Analis PT Mandiri Sekuritas, Tjandra Lienandjaja, menyatakan ekspektasi kenaikan NPL. Sebab, dari Desember 2014, NPL sudah naik 50 basis poin. Cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan (CKPN) juga akan naik tapi tidak sebanyak kenaikan NPL. Kalau kolektabilitas nasabah masuk kategori 5, maka kebutuhan CKPN akan tinggi sekali. Namun, jika masih di level 3 atau 4, kebutuhan CKPN masih rendah.
"Kita expect NPL naik, saya ngobrol dengan perbankan masih expect NPL akan naik sampai 3 persen, net NPL juga akan ikut naik," ujarnya dalam media briefing di Plaza Mandiri Jakarta, Senin (21/9).
Berdasarkan sektornya, sampai Juli 2015, sektor yang paling tinggi NPL-nya yakni, konstruksi, perdagangan restoran dan hotel, agrikultur, transpotasi, dan sosial/publik servis.
Sementara itu, pertumbuhan kredit diproyeksikan akan berada di kisaran 11-12 persen (yoy) pada akhir tahun 2015. Kemudian naik di kisaran 13-15 persen (yoy) pada 2016. Menurutnya, sampai Agustus 2015 memang ada indikasi kenaikan kredit hampir 11 persen. Menurutnya, sampai akhir tahun tidak akan jauh dari angka tersebut karena tinggal empat bulan lagi. "Saya rasa di bawah 12 persen sudah cukup bagus. Ekspektasi kita 11-12 persen," imbuhnya.
Penyaluran kredit berdasarkan sektor, yang paling besar di sektor konsumer, disusul perdagangan restoran dan hotel, serta sektor manufaktur. Porsi penyaluran kredit di masing-masing sektor tersebut di atas 18 persen. Sedangkan delapan sektor lainnya masing-masing porsinya di bawah 10 persen.
Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh 1-2 persen lebih rendah dari pertumbuhan kredit. Sehingga rasio loan to deposit (LDR) akan berada di kisaran kurang dari 90 persen.
Margin bunga bersih (NIM) untuk industri jika diliat dana BI sekitar 5,3 persen pada bulan Juli, hampir sama dengan Juni. Diperkirakan, meskipun NIM turun, belum akan sampai di bawah 5 persen sampai akhir tahun. "Tapi untuk longterm medium term bisa saja, karena kalau memang kebutuhan kompetisi segala macem tentu akan menurunkan NIM perbankan," ujarnya.
Sementara itu, penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) senilai Rp 30 triliun sesuai target pemeirntah, diperkirakan susah dicapai sampai akhir tahun. Karena jangka waktu yang cukup pendek. Namun, NPL KUR diperkirakan tidak akan tinggi karena segmen usaha rakyat dinilai lebih pruden.